Hari Ahad tanggal 28 September 2014 kemarin adalah hari yang paling
menegangkan bagi kami, 6 orang anggota Kepanduan PKS Jember dan
Lumajang, pasalnya saat kami turun dari puncak Gunung Argopuro yang oleh
masyarakat dikenal wingit atau angker itu kami terjebak dalam kebakaran hutan yang hebat.
Waktu kami turun dari puncak, tepatnya di daerah “rangkak“ -jalur baru yang dikenal sangat curam- kami melihat asap yang tebal. Maka kamipun mempercepat langkah dengan harapan jalur pendakian yang akan kami lalui belum terkena api, satu jam kami turun dari puncak mendekati wilayah hutan yang sudah sebagian terbakar, saya, Pak Cung, dan Nofrianto ada di depan. Dan ternyata yang kami khawatirkan terjadi, jalur sudah habis terbakar api yang tidak bisa kami tembus.
Kami istirat sambil menunggu 3 teman kami yang lain yaitu Pak Ridho, Ahmad dan Supriyadi. Setelah mereka menyusul, Pak Supriyadi -yang memang sudah berpengalaman di Argopuro- kami suruh untuk memimpin di depan.
Api semakin meluas dan membesar, selangkah demi selangkah kami berusaha maju, tiba-tiba terdengan teriakan, “ Tolong, tolong,” dan ternyata teman kami Pak Cung terperosok kedalam api, untung saja segera ditarik oleh pak Ahmad yang waktu itu ada di depan Pak Cung, namun rupanya bara api sudah mengenai kaki kiri pak Cung, sehingga telapak kakinya sampai ke mata kaki melepuh terbakar.
Supriyadi teman kami memberi arahan. “Apapun yang terjadi kita harus tetap berusaha turun termasuk pak Cung, sedangkan yang sudah meninggal sekalipun asal diketahui jasadnya masih dibawa turun apalagi yang masih hidup” begitu ujarnya. Namun apa boleh buat Api di depan kami semakin besar dan luas, sehingga kami terpaksa menunggu sampai sekitar 4 jam.
Ditengah penantian dalam kepungan api itulah kami hanya bisa pasrah dan terus berdoa kepada Alloh agar kami masih bisa bertemu dengan keluarga, apalagi batu batu besar juga banyak menggelinding dari atas kami, kayu - kayu Cemara yang besar juga banyak yang tumbang, sehingga lengkap sudah kehawatiran kami.
Alhamdulillah, setelah sekitar 4 jam kami menunggu sambil kami berusaha mencari jalur dan memadamkan api di jalur pendakian yang akan kami lalui, rupanya asap api semakin menipis dan kami berusaha untuk terus turun menjauh dari kepungan api yang katanya juga terlihat dari perkampungan penduduk di bawah, hingga kami akhirnya sampai di titik aman.
Hari itu kami sebagai Personil kepanduan mendapat pelajaran yang tidak akan kami lupakan sepanjang hidup kami. Lolos dari Kepungan api di hutan lereng puncak gunung Argopuro.
Muhammad Hanafi
Anggota Korsad kab. Lumajang- Jatim
Waktu kami turun dari puncak, tepatnya di daerah “rangkak“ -jalur baru yang dikenal sangat curam- kami melihat asap yang tebal. Maka kamipun mempercepat langkah dengan harapan jalur pendakian yang akan kami lalui belum terkena api, satu jam kami turun dari puncak mendekati wilayah hutan yang sudah sebagian terbakar, saya, Pak Cung, dan Nofrianto ada di depan. Dan ternyata yang kami khawatirkan terjadi, jalur sudah habis terbakar api yang tidak bisa kami tembus.
Kami istirat sambil menunggu 3 teman kami yang lain yaitu Pak Ridho, Ahmad dan Supriyadi. Setelah mereka menyusul, Pak Supriyadi -yang memang sudah berpengalaman di Argopuro- kami suruh untuk memimpin di depan.
Api semakin meluas dan membesar, selangkah demi selangkah kami berusaha maju, tiba-tiba terdengan teriakan, “ Tolong, tolong,” dan ternyata teman kami Pak Cung terperosok kedalam api, untung saja segera ditarik oleh pak Ahmad yang waktu itu ada di depan Pak Cung, namun rupanya bara api sudah mengenai kaki kiri pak Cung, sehingga telapak kakinya sampai ke mata kaki melepuh terbakar.
Supriyadi teman kami memberi arahan. “Apapun yang terjadi kita harus tetap berusaha turun termasuk pak Cung, sedangkan yang sudah meninggal sekalipun asal diketahui jasadnya masih dibawa turun apalagi yang masih hidup” begitu ujarnya. Namun apa boleh buat Api di depan kami semakin besar dan luas, sehingga kami terpaksa menunggu sampai sekitar 4 jam.
Ditengah penantian dalam kepungan api itulah kami hanya bisa pasrah dan terus berdoa kepada Alloh agar kami masih bisa bertemu dengan keluarga, apalagi batu batu besar juga banyak menggelinding dari atas kami, kayu - kayu Cemara yang besar juga banyak yang tumbang, sehingga lengkap sudah kehawatiran kami.
Alhamdulillah, setelah sekitar 4 jam kami menunggu sambil kami berusaha mencari jalur dan memadamkan api di jalur pendakian yang akan kami lalui, rupanya asap api semakin menipis dan kami berusaha untuk terus turun menjauh dari kepungan api yang katanya juga terlihat dari perkampungan penduduk di bawah, hingga kami akhirnya sampai di titik aman.
Hari itu kami sebagai Personil kepanduan mendapat pelajaran yang tidak akan kami lupakan sepanjang hidup kami. Lolos dari Kepungan api di hutan lereng puncak gunung Argopuro.
Muhammad Hanafi
Anggota Korsad kab. Lumajang- Jatim