Dunia Layaknya Pasar...

13:47

Pernahkah kita berjalan – jalan atau pergi ke pasar, sekedar untuk melihat – lihat atau memang mau membeli sesuatu. Apakah pasar tradisional, supermarket, mini market, swalayan, atau mall. Banyak sekali barang – barang yang di jajakan. Kita tentu sangat tertarik dengan hampir semua yang ada. Kadang terbersit untuk memiliki. Tapi, apakah uang kita mencukupi ?
Kita tidak mungkin dapat membeli semua barang yang ada di pasar. Selain uang yang kita miliki terbatas; bahkan orang terkaya pun, secara fungsi barang – barang tersebut tidak kita perlukan. Buat apa bersusah payah mengejar sesuatu yang belum tentu hal itu kita butuhkan setelah memperolehnya. Di tangan kita ada menu, kira – kira apa saja yang harus dibeli. Kita tentu tidak ingin uang habis begitu saja tanpa mendapat barang – barang  yang benar – benar kita butuhkan. Dan belanjaan tidak merepotkan saat dalam perjalanan, kita hanya dapat membeli belanjaan sesuai dengan menu, kalau tidak ingin uang habis begitu saja. Dan mengupayakan agar saat mengangkutnya tidak merepotkan.

Setelah menyelesaikan “urusan” di pasar kita harus pulang. Sangat tidak mungkin kalau kita harus terus menerus berada di pasar. Buat apa? Tentu , saat kepulangan itu merupakan hal yang pasti.
Itulah dunia, layaknya seperti PASAR. Menawarkan keindahan, kegemerlapan, kesenangan, keramaian, kemeriahan. Tapi kita tidak mungkin memiliki dan membawa semua barang yang ada di pasar, yang di ingini, disukai. Kita harus menjatuhkan pilihan. Uang dan waktu kita terbatas. Tenaga untuk mengangkut belanjaan pun terbatas.

Uang kita adalah waktu, kesempatan, potensi diri, jatah usia. Untuk memenuhi segala keinginan merupakan hal yang mustahil. Kita hanya dapat memiliki barang yang kita butuhkan saja. Kebutuhan yang telah dipilih sesuai dengan kadar pemenuhan yang dibutuhkan. Sebelum membelinya, kita telah memikirkannya terlebih dahulu. 

Dunia memang melalaikan, melihat barang – barang yang ada di setiap etalase toko membuat asa kita melayang. Kita dibuat capek oleh keinginan – keinginan yang berpangkal kepada angan – angan. 

Padahal pasar segera tutup dan mau tidak mau kita harus pulang; Dunia pun demikian dunia akan fana dan kita pasti akan berpulang kepada Sang Kholik Tuhan Sekalian Alam.
Saat kepulangan itulah jatah akhir usia kita. Apakah kita akan pulang dengan tangan kosong, karena disibukkan oleh angan – angan sehingga tidak sempat membeli apa – apa. Atau pulang dengan begitu banyak belanjaan sampai – sampai kita kelelahan, tetapi tidak ada barang kebutuhan primer yang kita beli. Kita tergoda oleh barang – barang lain yang sebenarnya tidak ada dalam menu kita, atau kita pulang dengan riang karena membeli barang yang dibutuhkan dan tidak merepotkan saat membawanya. Kita pergi ke pasar dengan membawa misi untuk membeli barang – barang tertentu yang dibutuhkan sesuai dengan menu belanja, kita tidak tergoda dengan hidangan – hidangan lain yang ditawarkan pasar. Karena kita telah mempunyai pedoman, apa – apa saja yang harus dibeli. 

Ya Menu itulah AL QURAN, petunjuk yang memberitahu barang – barang apa saja yang harus di beli di dunia dan membawanya pulang ke rumah akhirat, rumah keabadian, rumah tempat mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita di dunia. *ANS

Artikel Terkait

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.

Disqus
Tambahkan komentar Anda

No comments

Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan