Pernahkah kita berjalan –
jalan atau pergi ke pasar, sekedar untuk melihat – lihat atau memang mau
membeli sesuatu. Apakah pasar tradisional, supermarket, mini market, swalayan,
atau mall. Banyak sekali barang – barang yang di jajakan. Kita tentu sangat
tertarik dengan hampir semua yang ada. Kadang terbersit untuk memiliki. Tapi,
apakah uang kita mencukupi ?
Kita tidak mungkin dapat membeli semua barang yang ada di pasar. Selain
uang yang kita miliki terbatas; bahkan orang terkaya pun, secara fungsi barang – barang tersebut tidak
kita perlukan. Buat apa bersusah payah mengejar sesuatu yang belum tentu hal
itu kita butuhkan setelah memperolehnya. Di tangan kita ada menu, kira – kira
apa saja yang harus dibeli. Kita tentu tidak ingin uang habis begitu saja tanpa
mendapat barang – barang yang benar –
benar kita butuhkan. Dan belanjaan tidak merepotkan saat dalam perjalanan, kita
hanya dapat membeli belanjaan sesuai dengan menu, kalau tidak ingin uang habis
begitu saja. Dan mengupayakan agar saat mengangkutnya tidak merepotkan.
Setelah menyelesaikan “urusan” di pasar kita harus pulang. Sangat tidak
mungkin kalau kita harus terus menerus berada di pasar. Buat apa? Tentu , saat
kepulangan itu merupakan hal yang pasti.
Itulah dunia, layaknya seperti PASAR. Menawarkan keindahan,
kegemerlapan, kesenangan, keramaian, kemeriahan. Tapi kita tidak mungkin
memiliki dan membawa semua barang yang ada di pasar, yang di ingini, disukai.
Kita harus menjatuhkan pilihan. Uang dan waktu kita terbatas. Tenaga untuk mengangkut
belanjaan pun terbatas.
Uang kita adalah waktu, kesempatan, potensi diri, jatah usia. Untuk
memenuhi segala keinginan merupakan hal yang mustahil. Kita hanya dapat
memiliki barang yang kita butuhkan saja. Kebutuhan yang telah dipilih sesuai
dengan kadar pemenuhan yang dibutuhkan. Sebelum membelinya, kita telah
memikirkannya terlebih dahulu.
Dunia memang melalaikan, melihat barang – barang yang ada di setiap
etalase toko membuat asa kita melayang. Kita dibuat capek oleh keinginan –
keinginan yang berpangkal kepada angan – angan.
Padahal pasar segera tutup dan
mau tidak mau kita harus pulang; Dunia pun demikian dunia akan fana dan kita pasti akan berpulang kepada Sang Kholik Tuhan Sekalian Alam.
Saat kepulangan itulah
jatah akhir usia kita. Apakah kita akan pulang dengan tangan kosong, karena
disibukkan oleh angan – angan sehingga tidak sempat membeli apa – apa. Atau
pulang dengan begitu banyak belanjaan sampai – sampai kita kelelahan, tetapi
tidak ada barang kebutuhan primer yang kita beli. Kita tergoda oleh barang –
barang lain yang sebenarnya tidak ada dalam menu kita, atau kita pulang dengan
riang karena membeli barang yang dibutuhkan dan tidak merepotkan saat
membawanya. Kita pergi ke pasar dengan membawa misi untuk membeli barang –
barang tertentu yang dibutuhkan sesuai dengan menu belanja, kita tidak tergoda
dengan hidangan – hidangan lain yang ditawarkan pasar. Karena kita telah
mempunyai pedoman, apa – apa saja yang harus dibeli.
Ya Menu itulah AL QURAN, petunjuk yang memberitahu
barang – barang apa saja yang harus di beli di dunia dan membawanya pulang ke
rumah akhirat, rumah keabadian, rumah tempat mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita di dunia. *ANS