Walisongo adalah mubaligh Islam yang juga melakukan perdagangan dengan
sistem dinar dan dirham di Nusantara serta membantu perjuangan
kesultanan Islam di nusantara melawan penjajah Portugis, Spanyol dan
Belanda.
Berdasarkan laporan dari saudagar Gujarat, India, Sultan Muhammad I mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta untuk dikirim beberapa Ulama. Maka setelah dikumpulkan, Sultan Muhammad I mengirim 9 orang yang memiliki kemampuan di berbagai bidang dan juga memahami ilmu agama, untuk diberangkatkan kepulau Jawa pada tahun 1404 M (808 H), mereka ini dipimpin oleh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan ahli tata negara, berita ini tertulis dalam kitab Kanzul ‘Hum dari Ibn Bathuthah, yang kemudian dilanjutkan oleh Sheikh Maulana Al Maghribi dan sekarang tersimpan di Museum Istana Turki (Istanbul) dan manuskrip Koprah Ferrara di Italia yang kini tersimpan di Museum Nasinal Leiden.
Wali Songo periode pertama, tahun 1404 – 1435 M, terdiri dari:
Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
Maulana Hasanudin, dari Palestina.
Maulana Aliyudin, dari Palestina.
Syekh Subakir, dari Iran, Ahli rukhyah.
Wali Songo periode kedua, tahun 1435 – 1463 M, terdiri dari:
Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan (tahun 1419 menggantikan Maulana Malik Ibrahim)
Maulana Ishaq, asal Samarqand, Rusia Selatan (W. 1463)
Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
Syaikh Ja’far Shodiq atau Sunan Kudus, asal Palestina (tahun 1435 menggantikan Maulana Malik Isra’il)
Secara khusus Sunan Kudus atau Syaikh Ja’far Shodiq menamakan tempat dakwahnya dengan nama Kota Kudus yang terinspirasi dari tanah airnya kota Al-Quds di Palestina. Juga mendirikan sebuah masjid agung benama Al-Masjid Al-Aqsha atau lebih dikenal sebagai Masjid Menara Kudus.
Sunan Gunung Jati, asal Palestina (tahun 1435 menggantikan Maulana
Muhammad Ali Akbar)
Maulana Hasanuddin, asal Palestina (W. 1462 M)
Maulana ‘Aliyuddin, asal Palestina (W. 1462 M)
Syekh Subakir, asal Persia Iran. (W. 1463 M, makamnya di Iran)
Wali Songo periode ketiga, 1463 – 1466 M, terdiri dari:
Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
Sunan Giri, asal Belambangan, Banyuwangi, Jatim (tahun 1463 menggantikan Maulana Ishaq)
Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir (W. 1465 M)
Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko (W.1465 M)
Sunan Kudus, asal Palestina
Sunan Gunung Jati, asal Palestina
Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim (tahun 1462 menggantikan Maulana Hasanuddin)
Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim (tahun 1462 menggantikan Maulana ‘Aliyyuddin)
Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim (tahun 1463 menggantikan Syaikh Subakir)
Wali Songo periode keempat, 1466 – 1513 M, terdiri dari:
Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan (w.1481)
Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim (w.1505)
Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak (pada tahun 1465 mengganti Maulana Ahmad Jumadil Kubra)
Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon (pada tahun 1465 mengganti Maulana Muhammad Al-Maghrabi)
Sunan Kudus, asal Palestina
Sunan Gunung Jati, asal Palestina
Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim (W.1513)
Wali Songo periode kelima, 1513 – 1533 M, terdiri dari:
Syaikh Siti Jenar, asal Persia, Iran, wafat tahun 1517 (tahun 1481 Menggantikan Sunan Ampel)
Raden Faqih Sunan Ampel II ( Tahun 1505 menggantikan kakak iparnya, yaitu Sunan Giri)
Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak (W.1518)
Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
Sunan Kudus, asal Palestina (W.1550)
Sunan Gunung Jati, asal Cirebon
Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim (W.1525 M)
Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim (W. 1533 M)
Sunan Muria, Asal Gunung Muria, [tahun 1513 menggantikan ayahnya yaitu Sunan Kalijaga]
Wali Songo periode keenam, 1479 M, terdiri dari :
Syaikh Abdul Qahhar (Sunan Sedayu), asal Sedayu (Tahun 1517 menggantikan ayahnya, yaitu Syaikh Siti Jenar)
Raden Zainal Abidin Sunan Demak (Tahun 1540 menggantikan kakaknya, yaitu Raden Faqih Sunan Ampel II)
Sultan Trenggana (tahun 1518 menggantikan ayahnya yaitu Raden Fattah)
Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon, (W.tahun 1573)
Sayyid Amir Hasan, asal Kudus (tahun 1550 menggantikan ayahnya, yaitu Sunan Kudus)
Sunan Gunung Jati, asal Cirebon (w.1569)
Raden Husamuddin Sunan Lamongan, asal Lamongan (Tahun 1525 menggantikan kakaknya, yaitu Sunan Bonang)
Sunan Pakuan, asal Surabaya, (Tahun 1533 menggantikan ayahnya, yaitu Sunan Derajat)
Sunan Muria, asal Gunung Muria, (w. 1551)
Sebelumnya sudah juga terjadi kontak dari Raja Sriwijaya Jambi pada tahun 100 H (718 M) yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Khilafah Bani Umayyah. Sang Raja meminta dikirimi dai yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama Sribuza Islam.
Selain itu hubungan ini tampak pula dalam penganugerahan gelar-gelar kehormatan. Abdul Qadir dari Kesultanan Banten, misalnya, tahun 1048 H (1638 M) dianugerahi gelar Sultan Abulmafakir Mahmud Abdul Kadir oleh Syarif Zaid, Syarif Makkah saat itu. Pangeran Rangsang dari Kesultanan Mataram memperoleh gelar sultan dari Syarif Makkah tahun 1051 H (1641 M) dengan gelar, Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami. (Ensiklopedia Tematik Dunia Islam Asia Tenggara, 2002). Bahkan Banten sejak awal memang menganggap dirinya sebagai Kerajaan Islam, dan tentunya termasuk Dar al-Islam yang ada di bawah kepemimpinan Khalifah Turki Utsmani di Istanbul.
(afdal/ASPAC)
Berdasarkan laporan dari saudagar Gujarat, India, Sultan Muhammad I mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta untuk dikirim beberapa Ulama. Maka setelah dikumpulkan, Sultan Muhammad I mengirim 9 orang yang memiliki kemampuan di berbagai bidang dan juga memahami ilmu agama, untuk diberangkatkan kepulau Jawa pada tahun 1404 M (808 H), mereka ini dipimpin oleh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan ahli tata negara, berita ini tertulis dalam kitab Kanzul ‘Hum dari Ibn Bathuthah, yang kemudian dilanjutkan oleh Sheikh Maulana Al Maghribi dan sekarang tersimpan di Museum Istana Turki (Istanbul) dan manuskrip Koprah Ferrara di Italia yang kini tersimpan di Museum Nasinal Leiden.
Wali Songo periode pertama, tahun 1404 – 1435 M, terdiri dari:
Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
Maulana Hasanudin, dari Palestina.
Maulana Aliyudin, dari Palestina.
Syekh Subakir, dari Iran, Ahli rukhyah.
Wali Songo periode kedua, tahun 1435 – 1463 M, terdiri dari:
Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan (tahun 1419 menggantikan Maulana Malik Ibrahim)
Maulana Ishaq, asal Samarqand, Rusia Selatan (W. 1463)
Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
Syaikh Ja’far Shodiq atau Sunan Kudus, asal Palestina (tahun 1435 menggantikan Maulana Malik Isra’il)
Secara khusus Sunan Kudus atau Syaikh Ja’far Shodiq menamakan tempat dakwahnya dengan nama Kota Kudus yang terinspirasi dari tanah airnya kota Al-Quds di Palestina. Juga mendirikan sebuah masjid agung benama Al-Masjid Al-Aqsha atau lebih dikenal sebagai Masjid Menara Kudus.
Sunan Gunung Jati, asal Palestina (tahun 1435 menggantikan Maulana
Muhammad Ali Akbar)
Maulana Hasanuddin, asal Palestina (W. 1462 M)
Maulana ‘Aliyuddin, asal Palestina (W. 1462 M)
Syekh Subakir, asal Persia Iran. (W. 1463 M, makamnya di Iran)
Wali Songo periode ketiga, 1463 – 1466 M, terdiri dari:
Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
Sunan Giri, asal Belambangan, Banyuwangi, Jatim (tahun 1463 menggantikan Maulana Ishaq)
Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir (W. 1465 M)
Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko (W.1465 M)
Sunan Kudus, asal Palestina
Sunan Gunung Jati, asal Palestina
Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim (tahun 1462 menggantikan Maulana Hasanuddin)
Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim (tahun 1462 menggantikan Maulana ‘Aliyyuddin)
Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim (tahun 1463 menggantikan Syaikh Subakir)
Wali Songo periode keempat, 1466 – 1513 M, terdiri dari:
Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan (w.1481)
Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim (w.1505)
Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak (pada tahun 1465 mengganti Maulana Ahmad Jumadil Kubra)
Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon (pada tahun 1465 mengganti Maulana Muhammad Al-Maghrabi)
Sunan Kudus, asal Palestina
Sunan Gunung Jati, asal Palestina
Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim (W.1513)
Wali Songo periode kelima, 1513 – 1533 M, terdiri dari:
Syaikh Siti Jenar, asal Persia, Iran, wafat tahun 1517 (tahun 1481 Menggantikan Sunan Ampel)
Raden Faqih Sunan Ampel II ( Tahun 1505 menggantikan kakak iparnya, yaitu Sunan Giri)
Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak (W.1518)
Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
Sunan Kudus, asal Palestina (W.1550)
Sunan Gunung Jati, asal Cirebon
Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim (W.1525 M)
Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim (W. 1533 M)
Sunan Muria, Asal Gunung Muria, [tahun 1513 menggantikan ayahnya yaitu Sunan Kalijaga]
Wali Songo periode keenam, 1479 M, terdiri dari :
Syaikh Abdul Qahhar (Sunan Sedayu), asal Sedayu (Tahun 1517 menggantikan ayahnya, yaitu Syaikh Siti Jenar)
Raden Zainal Abidin Sunan Demak (Tahun 1540 menggantikan kakaknya, yaitu Raden Faqih Sunan Ampel II)
Sultan Trenggana (tahun 1518 menggantikan ayahnya yaitu Raden Fattah)
Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon, (W.tahun 1573)
Sayyid Amir Hasan, asal Kudus (tahun 1550 menggantikan ayahnya, yaitu Sunan Kudus)
Sunan Gunung Jati, asal Cirebon (w.1569)
Raden Husamuddin Sunan Lamongan, asal Lamongan (Tahun 1525 menggantikan kakaknya, yaitu Sunan Bonang)
Sunan Pakuan, asal Surabaya, (Tahun 1533 menggantikan ayahnya, yaitu Sunan Derajat)
Sunan Muria, asal Gunung Muria, (w. 1551)
Sebelumnya sudah juga terjadi kontak dari Raja Sriwijaya Jambi pada tahun 100 H (718 M) yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Khilafah Bani Umayyah. Sang Raja meminta dikirimi dai yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama Sribuza Islam.
Selain itu hubungan ini tampak pula dalam penganugerahan gelar-gelar kehormatan. Abdul Qadir dari Kesultanan Banten, misalnya, tahun 1048 H (1638 M) dianugerahi gelar Sultan Abulmafakir Mahmud Abdul Kadir oleh Syarif Zaid, Syarif Makkah saat itu. Pangeran Rangsang dari Kesultanan Mataram memperoleh gelar sultan dari Syarif Makkah tahun 1051 H (1641 M) dengan gelar, Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami. (Ensiklopedia Tematik Dunia Islam Asia Tenggara, 2002). Bahkan Banten sejak awal memang menganggap dirinya sebagai Kerajaan Islam, dan tentunya termasuk Dar al-Islam yang ada di bawah kepemimpinan Khalifah Turki Utsmani di Istanbul.
(afdal/ASPAC)
sumber disini