Asia Pacific Community for Palestine (ASPAC) bersama beberapa NGO
Indonesia; KNRP (Komite Nasional untuk Rakyat Palestina), RZ (Rumah
Zakat), Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU, BSMI (Bulan Sabit Merah
Indonesia), WAFAA International dan PAHAM (Pusat Advokasi Hukum dan Hak
Asasi Manusia) bertolak menuju Istanbul untuk bergabung bersama NGO-NGO
internasional untuk bersama membangun Gaza.
Acara yang diprakarsai oleh para aktivis Miles to Smile ini mendeklarasikan komitmen bersama membangun kembali Gaza. Acara yang bertajuk Seminar 1, International Public Foundation to Aid Gaza ini berlangsung selama dua hari, 30-31 Agustus 2014. Bertempat di Ballroom, Gorrion Hotel Istanbul, dengan sponsor utama Qatar Charity.
Pada opening ceremony, acara ini dibuka dengan bacaan ayat suci al-Quran yang dilantunkan oleh Syeikh Ibrahim Jibril, seorang ulama dari Afrika Selatan, beliau mewakili Majelis Hakim Muslimin Internasional.
Sambutan pertama disampaikan oleh panitia seminar, Ir. Wael Saqqa, Jordania (Direktur arab Public Foundation to Aid Gaza). Dalam sambutannya beliau menekankan pentingnya networking berbagai pihak terkait yang memiliki komitmen dalam membangun kembali Gaza pasca serangan brutal zionis Israel. Melalui forum seperti ini, diharapkan lebih efektif dalam tukar menukar pengalaman dan mendengarkan langsung berita terkini dari sumbernya untuk kemudian ditindaklanjuti dengan bantuan riil terhadap bangsa Palestina, khususnya di Gaza. Karena berbagai kondisi kemanusiaan maka bantuan kemanusiaan tersebut diharapkan bisa segera disalurkan.
Secara khusus, mewakili panitia dan peserta menyampaikan terima kasih kepada Qatar Charity yang menjadi sponsor utama terselenggaranya acara ini.
Keynote speech disampaikan oleh penggagas acara ini, Dr. Isham Yusuf, aktivis Miles to Smile yang lahir di Palestina pada tahun 1955 dan terusir dari tanah kelahirannya pada tahun 1967. Pidato singkatnya cukup menggugah, meski diawali dengan sedikit isakan suara yang tercekat. Dalam kesempatan tersebut, beliau menyampaikan ucapan terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada penduduk Gaza, setelah bersyukur kepada Allah.
Penghargaan atas kegigihan dan kesabaran penduduk Gaza. Kukuhnya mereka mempertahankan kehormatan umat Islam.
Setelah itu beliau memimpin para peserta mengalunkan takbir, layaknya takbir Idul Fitri. Takbir kemenangan. Menyambut kemenangan bangsa Palestina. Kemudian beliau secara khusus menyampaikan terima kasih kepada Turki khususnya melalui pimpinannya, Erdogan yang mendukung penuh perjuangan bangsa Palestina. Tak lupa beliau sampaikan terima kasih kepada Qatar Charity yang mendonasikan dana sekitar 70.000 USD untuk keperluan acara seminar ini.
“Tema utama pertemuan kita kali ini adalah bagaimana secara efektif mengakhiri blokade di Gaza dengan menyertakan sebanyak mungkin pihak dan bangsa. Kemudian melawan penjajahan yang juga sangat identik dengan pendudukan, pemukiman ilegal dan blokade Palestina dari berbagai sisi.” lanjut Dr. Isham Yusuf. “Meskipun upaya perdamaian telah dilakukan beberapa pihak. Namun, tak bisa mengakhiri blokade dan menghentikan penjajahan”
“Hari ini, amanah bersama kita adalah membangun kembali Gaza Baru” kata-kata Dr. Isham Yusuf menusuk hati para aktivis kemanusiaan, “Kerusakan parah terjadi akibat serangan brutal Israel. Sehingga lebih dari 300.000 orang tak bisa menghuni rumah mereka. Dan jumlah masjid yang dihancurkan sangat banyak. Ini sebuah kesengajaan menantang Allah”
“Maka, jika kita biarkan saudara kita di Gaza dengan berat hati harus meminta tolong kepada kita untuk membantu mereka, maka itu adalah kejahatan kemanusiaan yang berikutnya. Jangan kita lakukan hal itu. Jangan sampai mereka berat menyampaikan permintaan tolong. Jangan kita tambahkan penderitaan mereka dengan membiarkan mereka meminta tolong kepada kita. Hormati dan berterima kasihlah kepada mereka dengan bersama-sama membangun kembali Gaza.” Dr. Isham melanjutkan dengan semangat dan mengakhiri sambutannya dengan ungkapan heroic, “Setelah itu kita bebaskan al-Quds bersama-sama”
Dalam pertemuan ini, delegasi Aljazair, Dr. Muhammad ad-Duwaiby juga turut menyampaikan sambutannya, demikian juga kepala Kantor Kepresidenan dan Juru Bicara Presiden Tunis, Dr. Adnan Manshar. Keduanya menyampaikan dukungan penuh Aljazair dan Tunis, baik rakyat maupun pemerintah terhadap perjuangan bangsa Palestina. Terkhusus rakyat Gaza yang sudah bertahun-tahun hidup dalam blokade yang tak berperikemanusiaan.
Berikutnya sambutan disampaikan oleh Yasyar Shad Oglu dari Turki mewakili persatuan NGO Islam yang tergabung di dalam IHH (İnsan Hak ve Hürriyetleri) Humanitarian Relief Foundation yang beranggotakan NGO-NGO di 100 negara.
Kerjasama yang perlu segera direalisasikan saat ini adalah dibidang kemanusiaan dan bantuan sosial terhadap Gaza yang dikenal sebagai simbol kegigihan dan kekukuhan terhadap berbagai penderitaan, penjajahan, blokade yang mereka alami. Beliau juga menambahkan bahwa IHH juga melakukan beberapa seminar keislaman untuk mengcounter isu Islamophobia yang berkembang di beberapa kalangan yang sering mengaku sebagai gerakan modernisasi.
Opening ceremony ini diakhiri dengan sambutan sponsor utama, Qatar Charity yang disampaikan oleh Dr. Ibrahim Zeinal Musa.
Acara ditutup sementara dengan sesi coffee break. Sesi ini digunakan delegasi Indonesia untuk memburu beberapa tokoh penting yang hadir dalam acara tersebut. Delegasi Indonesia menyempatkan diri untuk berfoto bersama di depan panggung utama.
Dalam sesi break ini Dr. Saiful Bahri, M.A sempat berbincang-bincang dengan Dr. Thahir Abdurrahman, salah seorang pendiri Aspac dari Malaysia untuk merumuskan acara seminar regional Asia Pasifik untuk mendukung Gaza.
Acara kembali dilanjutkan dengan penyampaian current issue di Gaza pasca agresi militer Israel. Dalam sesi kedua ini dilaksanakan juga telekonferens secara live dengan perwakilan kementrian sosial di Gaza melalui jaringan Skype.
“Apa yang diinginkan Gaza dari Anda sekarang? Milyaran bahkan lebih dari itu”. Untuk kesehatan, pendidikan, sosial, ekonomi, pembangunan dan kemanusiaan. Tapi bantuan yang sangat urgen, mendesak dan lebih diprioritaskan adalah bantuan kemanusiaan untuk kelayakan hidup para pengungsi. Ada 18.000 bangunan hancur. Ratusan ribu anak-anak dan orang tua yang terpaksa menggelandang karena tak memiliki apa-apa. Tak ada uang, pakaian, makanan dan standar kelayakan hidup sebagai manusia. Mereka tersebar di mana-mana. Di sekolah-sekolah dan pengungsian sementara, juga di rumah sakit-rumah sakit.
“Kami tahu, bahwa penting maknanya membangun kembali gedung-gedung, rumah sakit, sekolah, masjid dan rumah. Namun untuk saat ini, lebih mendesaj adalah membantu mereka yang tak punya apa-apa. Membantu mereka untuk hidup sebagai manusia. Meski dengan bantuan minimal. Ada lebih dari 6000 kegiatan ekonomi terhenti. Dan itu berarti ada banyak orang yang tak berpenghasilan, selain rumah mereka yang sudah hilang dan hancur.”
Syeikh Musthafa Abu Khalil, mewakili International Public Foundation to Aid Gaza menyampaiakn angka-angka terbaru terkait korban agresi Israel di Gaza. Ada 58.080 bangunan hancur dan rusak. 2.080 di antaranya hancur total dan 8.000 bangunan rusak berat serta tidak mungkin dipergunakan. Ada 38.000 bangunan dengan kerusakan yang perlu perbaikan, meski masih bisa dipakai. Sebanyak 461.643 orang tak memiliki tempat tinggal. Sebagian ke rumah saudaranya, sebagian mengungsi di sekolah-sekolah, sebagian berpindah-pindah tak menentu. Ada 121 masjid rusak akibat serangan ini. 71 di antaranya hancur dan rusak berat.
Korban jiwa selama lebih dari 50 hari agresi Israel di Gaza mencapai 2140 jiwa yang gugur. Ada 11.161 orang luka-luka. 2.088 di antaranya perempuan dan 3.374 dari anak-anak. Termasuk yang cacat permanen dan luka-luka berat.
Gaza saat ini tak ada listrik, minim makanan, obat-obatan, pakaian, dan air. Nyaris tak ada kehidupan. Dari mana mereka mendapatkan air minum? Bagaimana mereka melakukan kegiatan bersih-bersih (MCK), bagaimana mencuci baju yang juga terbatas?
Maka perkiraan sementara, satu keluarga rata-rata memerlukan bantuan minimal senilai 3000 USD untuk bertahan selama empat bulan ke depan.
Bersamaan dengan program bantuan kemanusiaan ini, maka pembangunan kembali Gaza menjadi tanggung jawab bersama. Pembangunan di berbagai sektor; kesehatan, pendidikan, sarana umum, ekonomi dan sosial.
Sesi kedua ini diakhir dengan penyampaian komitmen bantuan yang dipimpin langsung oleh Dr. Isham Yusuf selaku ketua International Public Foundation to Aid Gaza. Satu persatu perwakilan delegasi dan NGO menyampaikan komitmen yang diawali dengan nominal minimal satu juta USD. Qatar, Aljazair, Saudi, Bahrain, Rusia, Afrika Selatan, Perancis, Jordania, Malaysia dan sebagainya dengan jumlah yang bervariasi. Hingga akhirnya delegasi Indonesia menyepakati angka satu juta USD untuk bantuan program kesehatan, anak-anak dan pendidikan. Dalam sambutan mewakili delegasi Indonesia Dr. Saiful Bahri, M.A mendahului dengan ikatan sejarah yang kuat antara Palestina dan Indonesia, serta kedekatan rakyat dan bangsa Indonesia dengan Palestina meski jauh secara geografis. “Setelah beberapa kali gelombang bantuan ke Gaza tahun ini serta bantuan ambulan dan alat kesehatan”. “Dan sekarang…?” Dr. Isham memotong. “Insyaallah kami berkomitmen membantu satu juta US dollar” Dr. Saiful Bahri, M.A mengakhiri sambutannya.
Dari Gaza, kita tak melihat sifat kekanak-kanakan dari anak-anak kecil yang dewasa secara cepat. Dari Gaza tak terlihat penuaan pada orang-orang tua dan manula. Tak juga kita temukan wajah sedih dan kelemahan pada wajah para perempuan Gaza.
Gaza simbol kegigihan dan kehormatan… melawan kezhaliman dan kebrutalan penjajahan.
Istanbul, 30.08.2014
(Sumber: www.aspacpalestine.com)
http://www.aspacpalestine.com/id/item/1274-international-public-foundation-to-aid-gaza
Acara yang diprakarsai oleh para aktivis Miles to Smile ini mendeklarasikan komitmen bersama membangun kembali Gaza. Acara yang bertajuk Seminar 1, International Public Foundation to Aid Gaza ini berlangsung selama dua hari, 30-31 Agustus 2014. Bertempat di Ballroom, Gorrion Hotel Istanbul, dengan sponsor utama Qatar Charity.
Pada opening ceremony, acara ini dibuka dengan bacaan ayat suci al-Quran yang dilantunkan oleh Syeikh Ibrahim Jibril, seorang ulama dari Afrika Selatan, beliau mewakili Majelis Hakim Muslimin Internasional.
Sambutan pertama disampaikan oleh panitia seminar, Ir. Wael Saqqa, Jordania (Direktur arab Public Foundation to Aid Gaza). Dalam sambutannya beliau menekankan pentingnya networking berbagai pihak terkait yang memiliki komitmen dalam membangun kembali Gaza pasca serangan brutal zionis Israel. Melalui forum seperti ini, diharapkan lebih efektif dalam tukar menukar pengalaman dan mendengarkan langsung berita terkini dari sumbernya untuk kemudian ditindaklanjuti dengan bantuan riil terhadap bangsa Palestina, khususnya di Gaza. Karena berbagai kondisi kemanusiaan maka bantuan kemanusiaan tersebut diharapkan bisa segera disalurkan.
Secara khusus, mewakili panitia dan peserta menyampaikan terima kasih kepada Qatar Charity yang menjadi sponsor utama terselenggaranya acara ini.
Keynote speech disampaikan oleh penggagas acara ini, Dr. Isham Yusuf, aktivis Miles to Smile yang lahir di Palestina pada tahun 1955 dan terusir dari tanah kelahirannya pada tahun 1967. Pidato singkatnya cukup menggugah, meski diawali dengan sedikit isakan suara yang tercekat. Dalam kesempatan tersebut, beliau menyampaikan ucapan terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada penduduk Gaza, setelah bersyukur kepada Allah.
Penghargaan atas kegigihan dan kesabaran penduduk Gaza. Kukuhnya mereka mempertahankan kehormatan umat Islam.
Setelah itu beliau memimpin para peserta mengalunkan takbir, layaknya takbir Idul Fitri. Takbir kemenangan. Menyambut kemenangan bangsa Palestina. Kemudian beliau secara khusus menyampaikan terima kasih kepada Turki khususnya melalui pimpinannya, Erdogan yang mendukung penuh perjuangan bangsa Palestina. Tak lupa beliau sampaikan terima kasih kepada Qatar Charity yang mendonasikan dana sekitar 70.000 USD untuk keperluan acara seminar ini.
“Tema utama pertemuan kita kali ini adalah bagaimana secara efektif mengakhiri blokade di Gaza dengan menyertakan sebanyak mungkin pihak dan bangsa. Kemudian melawan penjajahan yang juga sangat identik dengan pendudukan, pemukiman ilegal dan blokade Palestina dari berbagai sisi.” lanjut Dr. Isham Yusuf. “Meskipun upaya perdamaian telah dilakukan beberapa pihak. Namun, tak bisa mengakhiri blokade dan menghentikan penjajahan”
“Hari ini, amanah bersama kita adalah membangun kembali Gaza Baru” kata-kata Dr. Isham Yusuf menusuk hati para aktivis kemanusiaan, “Kerusakan parah terjadi akibat serangan brutal Israel. Sehingga lebih dari 300.000 orang tak bisa menghuni rumah mereka. Dan jumlah masjid yang dihancurkan sangat banyak. Ini sebuah kesengajaan menantang Allah”
“Maka, jika kita biarkan saudara kita di Gaza dengan berat hati harus meminta tolong kepada kita untuk membantu mereka, maka itu adalah kejahatan kemanusiaan yang berikutnya. Jangan kita lakukan hal itu. Jangan sampai mereka berat menyampaikan permintaan tolong. Jangan kita tambahkan penderitaan mereka dengan membiarkan mereka meminta tolong kepada kita. Hormati dan berterima kasihlah kepada mereka dengan bersama-sama membangun kembali Gaza.” Dr. Isham melanjutkan dengan semangat dan mengakhiri sambutannya dengan ungkapan heroic, “Setelah itu kita bebaskan al-Quds bersama-sama”
Dalam pertemuan ini, delegasi Aljazair, Dr. Muhammad ad-Duwaiby juga turut menyampaikan sambutannya, demikian juga kepala Kantor Kepresidenan dan Juru Bicara Presiden Tunis, Dr. Adnan Manshar. Keduanya menyampaikan dukungan penuh Aljazair dan Tunis, baik rakyat maupun pemerintah terhadap perjuangan bangsa Palestina. Terkhusus rakyat Gaza yang sudah bertahun-tahun hidup dalam blokade yang tak berperikemanusiaan.
Berikutnya sambutan disampaikan oleh Yasyar Shad Oglu dari Turki mewakili persatuan NGO Islam yang tergabung di dalam IHH (İnsan Hak ve Hürriyetleri) Humanitarian Relief Foundation yang beranggotakan NGO-NGO di 100 negara.
Kerjasama yang perlu segera direalisasikan saat ini adalah dibidang kemanusiaan dan bantuan sosial terhadap Gaza yang dikenal sebagai simbol kegigihan dan kekukuhan terhadap berbagai penderitaan, penjajahan, blokade yang mereka alami. Beliau juga menambahkan bahwa IHH juga melakukan beberapa seminar keislaman untuk mengcounter isu Islamophobia yang berkembang di beberapa kalangan yang sering mengaku sebagai gerakan modernisasi.
Opening ceremony ini diakhiri dengan sambutan sponsor utama, Qatar Charity yang disampaikan oleh Dr. Ibrahim Zeinal Musa.
Acara ditutup sementara dengan sesi coffee break. Sesi ini digunakan delegasi Indonesia untuk memburu beberapa tokoh penting yang hadir dalam acara tersebut. Delegasi Indonesia menyempatkan diri untuk berfoto bersama di depan panggung utama.
Dalam sesi break ini Dr. Saiful Bahri, M.A sempat berbincang-bincang dengan Dr. Thahir Abdurrahman, salah seorang pendiri Aspac dari Malaysia untuk merumuskan acara seminar regional Asia Pasifik untuk mendukung Gaza.
Acara kembali dilanjutkan dengan penyampaian current issue di Gaza pasca agresi militer Israel. Dalam sesi kedua ini dilaksanakan juga telekonferens secara live dengan perwakilan kementrian sosial di Gaza melalui jaringan Skype.
“Apa yang diinginkan Gaza dari Anda sekarang? Milyaran bahkan lebih dari itu”. Untuk kesehatan, pendidikan, sosial, ekonomi, pembangunan dan kemanusiaan. Tapi bantuan yang sangat urgen, mendesak dan lebih diprioritaskan adalah bantuan kemanusiaan untuk kelayakan hidup para pengungsi. Ada 18.000 bangunan hancur. Ratusan ribu anak-anak dan orang tua yang terpaksa menggelandang karena tak memiliki apa-apa. Tak ada uang, pakaian, makanan dan standar kelayakan hidup sebagai manusia. Mereka tersebar di mana-mana. Di sekolah-sekolah dan pengungsian sementara, juga di rumah sakit-rumah sakit.
“Kami tahu, bahwa penting maknanya membangun kembali gedung-gedung, rumah sakit, sekolah, masjid dan rumah. Namun untuk saat ini, lebih mendesaj adalah membantu mereka yang tak punya apa-apa. Membantu mereka untuk hidup sebagai manusia. Meski dengan bantuan minimal. Ada lebih dari 6000 kegiatan ekonomi terhenti. Dan itu berarti ada banyak orang yang tak berpenghasilan, selain rumah mereka yang sudah hilang dan hancur.”
Syeikh Musthafa Abu Khalil, mewakili International Public Foundation to Aid Gaza menyampaiakn angka-angka terbaru terkait korban agresi Israel di Gaza. Ada 58.080 bangunan hancur dan rusak. 2.080 di antaranya hancur total dan 8.000 bangunan rusak berat serta tidak mungkin dipergunakan. Ada 38.000 bangunan dengan kerusakan yang perlu perbaikan, meski masih bisa dipakai. Sebanyak 461.643 orang tak memiliki tempat tinggal. Sebagian ke rumah saudaranya, sebagian mengungsi di sekolah-sekolah, sebagian berpindah-pindah tak menentu. Ada 121 masjid rusak akibat serangan ini. 71 di antaranya hancur dan rusak berat.
Korban jiwa selama lebih dari 50 hari agresi Israel di Gaza mencapai 2140 jiwa yang gugur. Ada 11.161 orang luka-luka. 2.088 di antaranya perempuan dan 3.374 dari anak-anak. Termasuk yang cacat permanen dan luka-luka berat.
Gaza saat ini tak ada listrik, minim makanan, obat-obatan, pakaian, dan air. Nyaris tak ada kehidupan. Dari mana mereka mendapatkan air minum? Bagaimana mereka melakukan kegiatan bersih-bersih (MCK), bagaimana mencuci baju yang juga terbatas?
Maka perkiraan sementara, satu keluarga rata-rata memerlukan bantuan minimal senilai 3000 USD untuk bertahan selama empat bulan ke depan.
Bersamaan dengan program bantuan kemanusiaan ini, maka pembangunan kembali Gaza menjadi tanggung jawab bersama. Pembangunan di berbagai sektor; kesehatan, pendidikan, sarana umum, ekonomi dan sosial.
Sesi kedua ini diakhir dengan penyampaian komitmen bantuan yang dipimpin langsung oleh Dr. Isham Yusuf selaku ketua International Public Foundation to Aid Gaza. Satu persatu perwakilan delegasi dan NGO menyampaikan komitmen yang diawali dengan nominal minimal satu juta USD. Qatar, Aljazair, Saudi, Bahrain, Rusia, Afrika Selatan, Perancis, Jordania, Malaysia dan sebagainya dengan jumlah yang bervariasi. Hingga akhirnya delegasi Indonesia menyepakati angka satu juta USD untuk bantuan program kesehatan, anak-anak dan pendidikan. Dalam sambutan mewakili delegasi Indonesia Dr. Saiful Bahri, M.A mendahului dengan ikatan sejarah yang kuat antara Palestina dan Indonesia, serta kedekatan rakyat dan bangsa Indonesia dengan Palestina meski jauh secara geografis. “Setelah beberapa kali gelombang bantuan ke Gaza tahun ini serta bantuan ambulan dan alat kesehatan”. “Dan sekarang…?” Dr. Isham memotong. “Insyaallah kami berkomitmen membantu satu juta US dollar” Dr. Saiful Bahri, M.A mengakhiri sambutannya.
Dari Gaza, kita tak melihat sifat kekanak-kanakan dari anak-anak kecil yang dewasa secara cepat. Dari Gaza tak terlihat penuaan pada orang-orang tua dan manula. Tak juga kita temukan wajah sedih dan kelemahan pada wajah para perempuan Gaza.
Gaza simbol kegigihan dan kehormatan… melawan kezhaliman dan kebrutalan penjajahan.
Istanbul, 30.08.2014
(Sumber: www.aspacpalestine.com)
http://www.aspacpalestine.com/id/item/1274-international-public-foundation-to-aid-gaza