Kisah ini adalah kisah seorang raja dan
sesendok madu. Alkisah, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesadaran
warga kotanya. Raja memerintahkan agar setiap orang, pada suatu malam yang telah
ditetapkan, membawa sesendok madu untuk dituangkan dalam sebuah bejana yang
telah disediakan di puncak bukit di tengah kota. Seluruh warga kota pun memahami
benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk
melaksanakannya.
Tetapi, dalam pikiran seorang warga kota
(katakanlah si A) terlintas suatu cara untuk mengelak,”Aku akan membawa sesendok penuh, tetapi bukan madu. Aku akan
membawa air. Kegelapan malam akan melindungi dari pandangan mata seseorang.
Sesendok air pun tidak akan mempengaruhi bejana yang kelak akan diisi madu oleh
seluruh warga kota”.
Tibalah waktu yang telah ditetapkan. Apa
yang kemudian terjadi ? Seluruh bejana ternyata penuh dengan air. Rupanya, semua
warga kota berpikiran sama dengan si A. Mereka mengharapkan warga kota yang lain
membawa madu sambil membebaskan dii dari tanggung jawab. [selesai]
Kisah simbolik ini dapat terjadi, dan bahkan
mungkin telah terjadi. Banyak orang di antara kita selalu mengandalkan kerja dan
usaha orang lain. Sementara itu, kita hanya duduk termangu menunggu hasil. Kita
ingin perubahan menuju kebaikan, namun tidak sepeserpun saham kita ikut andil
dalam mewujudkannya. Kita sangat senang menuntut orang lain melakukan sesuatu
sesuai keinginan kita. Bahkan seringkali kita memaksakannya. Namun jika kita
bercermin balik,.... apa yang telah kita lakukan ? Ada atau tidak ada
?
Perubahan menuju kemajuan dan perbaikan
mustahil diwujudkan melalui asas ’menggantungkan diri’ kepada yang lainnya.
Allah telah berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ
حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
”Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” [QS. Ar-Ra’d : 11].
Pada ayat di atas Allah telah menegaskan
bahwa perubahan itu hanya berlaku jika ada ikhtiyar dari orang yang
bersangkutan. Allah tidak berfirman : ”sehingga orang lain mengubah keadaan yang ada pada diri mereka”.
Islam sangat menganjurkan kepada pemeluknya
untuk produktif. Apa yang telah kita berikan pada Islam ? Apa yang telah kita
berikan pada dakwah ? Apa yang telah kita berikan pada kaum muslimin ? Jika ilmu
kita sedikit, harta kita minim,... sumbangan tenaga atau pikiran pun masih
membuka peluang kita untuk berpartisipasi. Jika itu pun tidak bisa kita lakukan,
bermuamalah dan memperlihatkan akhlaq yang baik kepada masyarakat sudah
merupakan investasi penting untuk memberikan citra yang baik bagi dakwah salaf –
yang sering rusak oleh perilaku segelintir manusia.
Mulailah pada diri kita (dan keluarga kita)
!! Sekarang juga !!