Hanung Bramantyo adalah sutradara film yang dikenal di Indonesia.
Namun, ia seringkali membuat film-film yang menyakiti hati umat Islam
karena sering menampilkan Islam yang layak untuk dibenci
ajaran-ajarannya.
Berikut ini beberapa dosa budaya Hanung Bramantyo terhadap Islam dan umatnya:
1. Perempuan Berkalung Sorban
Film yang dibintangi aktris Revalina S Temat (Annisa) tersebut diambil dari novel Perempuan Berkalung Sorban
karya Abidah El Khaleqy. Novel PBS sebelumnya mendapat penghargaan dari
The Ford Foundation, sebuah NGO yang memperjuangkan faham Sepilis dan
dikendalikan kaum Zionis Yahudi AS. Film tersebut mengisahkan kebobrokan
pesantren dan kiyainya. Pesantren dan kiyainya dicitrakan kotor, sumber
penyakit, sangat bengis, mudah main pukul, mengekang perempuan,
mengekang hak berpendapat, menempatkan perempuan pada martabat yang
rendah, suka main bakar buku-buku komunisme, suka main hukuman rajam
secara serampangan dan sebagainya.
Hanung Bramantyo membela diri dengan mengatakan, bahwa film PBS
adalah produk seni, bukan ajaran agama; dia tidak memiliki tendensi
melecehkan Islam, pesantren, kyai, dan lainnya; dia mengaku Muslim, dan
tidak ada niatan menistakan Islam; dia hanya mengangkat fakta tertentu
di pesantren, agar menjadi pelajaran bagi masyarakat luas; dia hanya
ingin menyuarakan tuntutan, agar Umat Islam lebih menghargai martabat
wanita; dan lain-lain.
2. Tanda Tanya (?)
Film Tanda Tanya (?) bisa jadi merupakan film Hanung
Bramantyo yang paling menyakiti umat Islam. Film ini menggambarkan
bagaimana Islam adalah agama intoleran dan agama teror. Adegan awal film
ini menunjukkan bagaimana seorang pastur ditusuk hingga tewas oleh
orang yang diduga Islam. Juga kisah seorang wanita bernama Rika yang
memilih murtad karena tidak mau dipoligami oleh suaminya yang bernama
Surya. Surya yang merupakan aktor figuran yang karena butuh uang
memerankan diri sebagai Yesus dalam sebuah drama di gereja. Tindakan
Surya itu dikarenakan ia berkonsultasi dengan seorang ‘ustadz’, hingga
Surya yakin berperan menjadi Yesus tanpa menjadi murtad.
Juga ada kisah Menuk, wanita muslimah shalihah, yang bekerja pada
warung makan milik orang China yang menyediakan babi. Menuk disukai oleh
Hendra sang pemilik warung. Hingga Soleh yang dijodohkan dengan Menuk
marah dan bersama-sama warga Muslim menyerang warung milik orang China
itu.
Mengingat bahayanya film ini bagi umat Islam, Ketua MUI Bidang Seni
dan Budaya KH Cholil Ridwan memberikan peringatan keras akan bahaya film
ini.
3. Hijab
Film Hijab adalah film komedi Hanung Bramantyo teranyar yang
diproduseri bersama istrinya, Zaskia Adya Mecca. Film ini menggambarkan
bagaimana hijab dianggap sebagai fashion serta alat pemaksaan suami
terhadap istrinya. Ia membuat berbagai adegan satir dan olok-olok
terhadap trend berjilbab di kalangan umat Islam.
Hijab bercerita tentang kehidupan rumah tangga Zaskia
bersama Mike, Carissa dan Nino, Omesh dan Tika. Kehidupan rumah tangga
pasangan itu harus mengalami gangguan saat sang istri memutuskan
menjalani bisnis jual beli hijab online. Sementara itu sang suami dengan berbagai alasan harus memutuskan apakah mengizinkan istri bekerja atau tidak.
4. Lentera Merah
Film Lentera Merah mengisahkan tentang kehidupan jurnalis
mahasiswa beraliran komunis. Lentera Merah adalah nama sebuah majalah
kampus UNI (Universitas Negeri Indonesia) yang sudah ada sejak dulu
dengan tulisan-tulisannya yang kritis dan berani. Setelah pembrendelan
anggota PKI pada tahun 60an, hingga kini Lentera Merah masih tetap eksis
dengan model tulisannya yang menantang.
Film ini secara samar ingin menghidupkan paham komunisme yang dibawa oleh PKI.
5. Cinta Tapi Beda
Film ini mengisahkan tentang cinta antara seorang wanita Kristen Padang dengan seorang Muslim Jawa.
Setelah beberapa hari tayang di bioskop secara nasional, film ini
sempat menuai protes, khususnya dari masyarakat Minangkabau. Bahkan,
sebuah forum persatuan masyarakat Minangkabau melaporkan Hanung
Bramantyo selaku sutradara film ini ke Polda Metro Jaya berkenaan dengan
Pasal 156 KUHP Jo Pasal 4 dan 16 UU.N0.40/2008 tentang Penghapusan
Diskriminasi Ras dan Etnis tentang larangan perbuatan menanamkan
kebencian terhadap salah satu suku, etnis, agama, dan golongan dalam
wilayah hukum Indonesia dan tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan
Etnis. Pasalnya pengangkatan tokoh perempuan yang bermukim di Padang
yang non-muslim dianggap menyinggung masyarakat Minangkabau yang identik
dengan agama Islam. Untuk mengklarifikasi kontroversi ini, melalui akun
twitter-nya, Hanung Bramantyo menjelaskan bahwa tokoh Diana tidak
disebutkan sebagai gadis Minangkabau, ia jelas-jelas menggunakan Salib
dan keluarga Diana memiliki kegemaran akan makanan Babi Rica-rica.
Sesungguhnya tokoh ini merupakan warga pendatang yang tinggal dan besar
di Padang dan menunjukkan keberagaman masyarakat Padang. * Sumber Fimadani.com
Your Ads Here
Artikel Terkait
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »
Penulisan markup di komentar
- Untuk menulis huruf bold gunakan
<strong></strong>
atau<b></b>
. - Untuk menulis huruf italic gunakan
<em></em>
atau<i></i>
. - Untuk menulis huruf underline gunakan
<u></u>
. - Untuk menulis huruf strikethrought gunakan
<strike></strike>
. - Untuk menulis kode HTML gunakan
<code></code>
atau<pre></pre>
atau<pre><code></code></pre>
, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)