Aceh dan Wahabi, Sebuah Wacana Menarik [2]

14:26

Aceh dan Wahabi, Sebuah Wacana Menarik [2] 
Oleh: Khairil Miswar
Sambungan artikel PERTAMA

Wahabi Baca Qunut?
Beberapa waktu lalu (Jumat, 27/02/15), seorang yang mengaku santri menulis sebuah surat terbuka di Serambi Indonesia  dengan tajuk “Surat Terbuka kepada Kapolda Aceh”. Surat tersebut ditulis oleh Muhammad Iqbal Jalil. Dalam surat tersebut, Muhammad Iqbal Jalil  menyatakan keberatannya kepada Kapolda Aceh, Husein Hamidi, yang kononnya akan mendatangkan seorang penceramah dari Arab Saudi, Syeikh Adil Al-Kalbani.

Yang menjadi alasan utama penolakan santri tersebut adalah disebabkan Syeikh Adil Al-Kabani adalah seorang Wahabi. Santri tersebut berdalih bahwa mayoritas masyarakat Aceh menganut Mazhab Syafi’i dalam bidang fiqih dan Ahlus Sunnah Waljama’ah dalam bidang teologi. Menurut santri tersebut, Syeikh Adil Al-Kalbani adalah sosok yang kontroversial sehingga bisa mengundang penolakan dari sejumlah masyarakat. Sang santri juga menyarankan kepada Kapolda untuk mengundang para Masyaikh Al-Azhar di Mesir yang menurutnya memiliki kesamaan idiologi dengan mayoritas masyarakat Aceh.

Namun apa yang terjadi? Orang-orang yang selama ini menaruh “syak wasangka” tak berdasar, apalagi kepada seorang ulama. Berbagai tudingan emosional yang dituduhkan kepada Syeikh Adel Al-Kalbani oleh santri Muhammad Iqbal Jalil tidak terbukti adanya.

Sebelumnya, dalam suratnya, Muhammad Iqbal Jalil menyebut bahwa Syeikh Adel Al-Kalbani adalah seorang Wahabi yang idiologinya berseberangan dengan keyakinan umum masyarakat Aceh. Demikian pula dengan mazhab fiqih yang dianut oleh Al-Kalbani juga dianggap bertolak belakang dengan mazhab Syafi’iyah yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Aceh.

Namun apa lacur? Syeikh Al-Kalbani justru telah menunjukkan kebesaran jiwanya yang sangat menghargai 
pemahaman agama masyarakat Aceh. Beredar informasi, Syeikh Al-Kalbani menjaharkan (mengeraskan) bacaan bismillah ketika membaca Fatihah. Tidak hanya itu, beliau juga membaca doa qunut pada saat memimpin shalat Subuh, sesuatu yang tidak pernah ia lakukan di negerinya.

Tentunya hal ini tak pernah terduga sebelumnya dan mungkin tak pernah terpikir oleh kita yang dipenuhi sakwa sangka. Ketakutan berlebihan yang melanda santri seperti Muhammad Iqbal Jalil cs selama ini hanyalah ketakutan yang tak beralasan.

Apa yang telah dilakukan oleh Syeikh Al-Kalbani di Aceh, tentunya berbeda jauh dengan tingkah sebagian masyarakat Aceh yang datang ke tanah suci.
Ada orang Aceh (sebagain kecil) yang tidak mau shalat di belakang Imam Masjidil Haram ketika mereka pergi haji atau umrah. Alasan mereka, karena imamnya Wahabi. Tapi anehnya mereka (masyarakat kita) masih berthawaf di Ka’bah yang saban tahun dijaga dan dibersihkan oleh Wahabi. Kita menghujat Wahabi, tapi setiap musim haji kita berwuquf di “Negeri Wahabi”. Tentunya Allah Subhanahu wata’aala Maha Tahu, kepada siapa tanah haram itu pantas dititipkan.

Semoga saja, apa yang telah dilakukan oleh Syeikh Al-Kalbani di Aceh dapat menjadi renungan bagi kita semua. Meskipun beliau bermazhab “non Syafi’i”, tapi sangat menghormati mazhab yang dianut orang Aceh. 

Hal serupa juga sangat sering dilakukan oleh imam-imam kaum Muslimin di masa lalu, semisal Imam Syafi’i yang meninggalkan bacaan qunut ketika beliau shalat di seputaran makam Imam Abu Hanifah. Toleransi seperti ini harus terus kita lestarikan di Indonesia, bukan caki-maki dan saling mencela.
Akhirnya kita cuma bisa berharap agar kaum muslimin tidak terkotak-kotak dan saling tuding-menuding  satu sama lain dengan stigma-strigma buruk semisal stigma Wahabi,  kecuali Syiah kelompok yang paling sibuk mencari celah persatuan Ahlus Sunnah.

Bagaimanapun, ego mazhab harus dikesampingkan dan ukhuwah Islamiyah harus dikedepankan. Wallahu A’lam.*

Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Ar-Raniry, Konsentrasi Pemikiran dalam Islam, dan juga mantan santri di Dayah Darussa’dah

sumber: http://www.hidayatullah.com/artikel/opini/read/2015/03/25/67332/aceh-dan-wahabi-sebuah-wacana-menarik-2.html#.VRJikI5p77k

Artikel Terkait

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.

Disqus
Tambahkan komentar Anda

No comments

Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan