Berlian diletakkan dimanapun tetaplah berlian. Ungkapan ini bisa
menggambarkan sosok gurunda ustadzuna Luthfi Hasan Ishaaq yang
menjadikan penjara sebagai tempat menebar kebaikan.
Begitupan seperti ungkapan ulama Ibnu Taimiyah: “Apa yang dapat
dilakukan oleh musuhku? Sesungguhnya surgaku ada di hatiku. Ke manapun
aku pergi dia selalu bersamaku. Apabila aku dipenjara maka itu adalah khalwatku (tempat totalitas ibadah) dengan Allah, apabila aku dibunuh maka syahadah (kesyahidan) bagiku, dan apabila aku diusir maka itu merupakan syiyahah (perjalanan di jalan Allah).”
Berikut selengkapnya kiprah Ustadz alumni Gontor ini di penjara Sukamiskin Jawa Barat seperti dimuat di Kompasiana (31/12/2015:
Apa yang Dilakukan LHI di Lapas Sukamiskin?
Ingat kasus dugaan korupsi yang dituduhkan kepada Luthfi Hasan Ishaaq
(LHI), mantan Presiden PKS, yang akhirnya menjebloskannya ke dalam
penjara? Bagaimana kabar LHI saat ini setelah masuk “pesantren”
Sukamiskin Bandung?
Setelah divonis, LHI dimasukkan ke dalam Lapas Kelas I Sukamiskin di
tahun 2013. Lapas yang beralamat di Jl. AH Nasution no 114 Bandung itu
menempati lahan berupa tanah dan bangunan seluas 54.730 m2 dengan daya
tampung 522 tahanan. Banyak tahanan kasus korupsi yang berada di lapas
ini, seperti Rudi Rubiandini, Anas Urbaningrum, Andi Malarangeng dan
lain sebagainya.
Berbeda dengan politisi lainnya, LHI yang berlatar belakang aktivis
dakwah langsung giat melakukan kegiatan spiritual bersama para napi
lainnya sejak masuk di lingkungan Lapas pada Oktober 2013. Di Lapas
Sukamiskin sudah ada tradisi obrolan atau diskusi selepas Subuh sejak
sebelum LHI datang, namun kehadiran LHI memberikan energi dan spirit
baru bagi peserta obrolan Subuh ini. Para penghuni Lapas, yang disebut
dengan istilah Warga Binaan (Warna), menyebut LHI dengan sebutan Kyai
atau Ustadz.
Obrolan selepas Subuh berakhir sampai jam 06.00, sekitar satu jam.
Semula hanya tempat kongkow yang kurang terarah dan terprogram. Namun
begitu LHI hadir, obrolan itu berubah menjadi Majelis Subuh yang hangat
dan terprogram. LHI rutin memberikan tausiyah dan dilanjutkan dengan
tanya jawab tentang berbagai persoalan kehidupan. Ada sangat banyak tema
dialog yang ditanyakan kepada LHI dan mampu dijawab dengan baik
sehingga memberikan kenyamanan kepada para peserta diskusi.
Pesertanya adalah para warna Lapas Sukamiskin, rutin sekitar limapuluh
orang. Menurut Andi Alfian Malarangeng, Mantan Menteri Pemuda dan Olah
Raga di era Pemerintahan SBY yang juga salah seorang warna Sukamiskin,
forum Subuh ini “secara konten sangat bagus karena bekal keagamaan LHI
sangat luas dan dalam, serta dijelaskan dengan sangat jelas. Memberikan
solusi tanpa harus menyampaikan sesuatu yang bersifat dogmatis”.
Kegiatan ini berlangsung di salah satu pojok lapas yang kerap disebut
sebagai “Palang”. Godot Sukampret, salah seorang penghuni Lapas
Sukamiskin, menuturkan bangunan Lapas yang indah dengan bentuk
trapesium. Persilangan blok bertingkat antara bagian utara – selatan dan
barat – timur, titik sentralnya secara kultural disebut sebagai
“Palang”.
Menurut Godot, “Palang itu bagai panggung di Broadway yang tidak pernah
berhenti dari pentas kehidupan maupun kreativitas”. Godot juga mencatat,
Palang adalah “sebuah persinggungan antara ujung cinta yang memberontak
dan ujung ikhlas yang tak memberontak”. Di sinilah –menurut
Godot—tempat yang paling asyik untuk diskusi, ngobrol, catur, bermain
musik bahkan kegiatan resmi penjara.
Usai forum Subuh, banyak peserta yang tidak puas dengan terbatasnya
waktu, sehingga minta tambahan waktu untuk konsultasi atau bertanya
secara pribadi kepada LHI. Diskusi mereka ini direkam dan sekarang sudah
dibukukan dengan judul “Suatu Subuh di Sukamiskin: Catatan Persaudaraan
Majlis Shalat Subuh Penghuni Lapas”. Buku setebal 182 halaman itu
diterbitkan oleh DMN Publishing mendapatkan Kata Pengantar dari Ketua
KPLP Sukamiskin, Heru Trisulistiono.
Mahfudi Husodo, salah seorang warna yang aktif merekam dan mencatat
materi obrolan Subuh bersama LHI menceritakan, betapa antusias para
warna terhadap forum itu. Beberapa orang meminta kepada dirinya untuk
menyampaikan pertanyaan kepada LHI agar dijawab dalam Majelis Subuh
keesokan harinya. Bahkan ada peserta Majelis Subuh yang beberapa hari
tidak bisa hadir karena sakit, setelah sembuh langsung menemui Mahfudi
untuk meminjam rekaman dan catatan karena tidak ingin ketinggalan
tausiyah rutin LHI.
Menurut Prof. Rudi Rubiandini, mantan Wakil Menteri ESDM dan Ketua SKK
Migas di zaman pemerintahan SBY, salah seorang Warna Sukamiskin, forum
Subuh ini banyak memberikan solusi. “Hal-hal yang selama ini kita tidak
kenal, bukan hanya masalah agama, tapi masalah kehidupan keseharian,
dalam pengalaman yang mereka ceritakan, tidak perlu menanyakan, tapi
pertanyaan itu ilmu baru bagi kita. Jadi dari segala sisi kita melihat.
Di sini kita saling membuka hati, saling menyampaikan uneg-uneg, kalau
ada solusi saling memberi solusi”.
LHI juga memiliki kebiasaan khas, selepas Subuh berkeliling mengunjungi
warna Sukamiskin yang sedang sakit, atau mengirimkan sarapan kepada
warna yang baru datang. LHI juga dikenal sebagai warna Sukamiskin yang
paling banyak dikunjungi tamu dan terbiasa menjamu tamu dengan makanan
ala penjara. Hal-hal sederhana seperti ini membuat LHI dikenal oleh
seluruh penghuni Lapas Sukamiskin, dan dijadikan sebagai rujukan dalam
berbagai urusan. (jogojagad)
Sumber: http://www.kompasiana.com/jogojagad/apa-yang-dilakukan-lhi-di-lapas-sukamiskin_568484cf4ef9fd1911629892
Your Ads Here
Artikel Terkait
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »
Penulisan markup di komentar
- Untuk menulis huruf bold gunakan
<strong></strong>
atau<b></b>
. - Untuk menulis huruf italic gunakan
<em></em>
atau<i></i>
. - Untuk menulis huruf underline gunakan
<u></u>
. - Untuk menulis huruf strikethrought gunakan
<strike></strike>
. - Untuk menulis kode HTML gunakan
<code></code>
atau<pre></pre>
atau<pre><code></code></pre>
, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)