Lupa sebenarnya hal yang wajar-wajar saja sih. Karena semua pasti
pernah mengalami yang namanya lupa. lupa naruh kunci motor, lupa waktu untuk
jemput anak dari sekolah, lupa kalau ada janjian sama teman, atau bahkan lupa
untuk sholat (kalau yang satu ini jangan sampai deh, bakal rugi kita) sesibuk
apapun kita jangan pernah LUPA untuk sholat. Memang sih manusia itu tempatnya
khilaf dan lupa, tapi soal ibadah sekali lagi JANGAN SAMPAI DEH.
Lupa kalau cuman satu dua orang sih gak masalah, tapi bagaimana
jadinya kalau lupa menjadi karakter dari
hampir sebagian besar masyarakat sebuah negara? Atau sudah menjadi karakter bangsa ? Bisa kebayang kan bagaimana
ruwet dan amburadulnya? Misalnya saja : Sang Presiden lupa akan tugas dan kewajibannya,
yang ia ingat cuma bagaimana cara menaikkan citra dan pamornya atau bahasa kerennya
nih tingkat elektabilitas. Sang wakil rakyat pun nggak kalah lupanya sama janji
- janji semasa kampanye dulu, yang diingat cuma bagaimana caranya untuk balik modal
saat dipakai pencalegkan dulu. Yang jadi Gubernur, Walikota, Bupati bahkan
kepala desa juga demikian, lupa akan janji manisnya saat kampanye, kalaupun
janjinya dipenuhi cuma untuk sekelompok atau golongannya sendiri yang menjadi
tim suksesnya. Yang bukan tim sukses atau pendukungnya nanti dulu ya.
Bicara soal lupa ternyata orang Indonesia sangat pemaaf dan
pelupa. Kok bisa? Kalau gak percaya coba diingat kembali beberapa kasus
korupsi, pelanggaran HAM dsb yang mendera bangsa ini. Mungkin Anda juga sudah
lupa? Hehe. Kita tentu masih ingat, atau kalau gak ingat coba deh googling
tentang beberapa peristiwa berikut: Peristiwa hilangnya
nyawa para aktivis reformasi 15 tahun yang silam ditandai oleh kekerasan tak
terungkap sampai sekarang. Kasus Semanggi I dan II tak terungkap. Pembunuhan aktivvis
Munir dan Baharuddin Lopa juga tak menemui titik terang sampai sekarang.
Korupsi besar Edy Tanzil, Djoko S Tjandra, BLBI, dan yang terbaru kasus Century
semuanya dilupakan. Bahkan para koruptor yang dihukum kurang dari lima tahun
pada pemilu 2014 akan maju lagi dalam pertarungan memperebutkan kursi wakil
rakyat.
Tuh
kan benar bangsa ini memang bangsa pemaaf dan pelupa? Dalam beberapa pemilu
yang telah lalu pun parpol yang menang dan lolos ke senayan sebagian besar
sudah mengecewakan rakyat. Mungkin para politikus tersebut sadar dan tau betul
kalau Rakyat Indonesia itu PEMAAF dan PELUPA. Tinggal kasih janji-janji manis
atau jika terpaksa kasih duit beberapa puluh ribu saja pasti si Rakyat ini akan
melupakan bagaimana nasibnya lima tahun yang lalu. Alhasil si parpol dan
politikus yang terpilih ya itu –itu lagi. Hadew miris deh.
Yang
bikin tambah miris nih, sebetulnya ada salah satu parpol yang lumayan bagus sih.
Parpol ini sering mengadakan aksi –aksi peduli masyarakat, bahkan sampai dunia
internasional loh. Wuih keren. Tiap ada bencana pasti deh si parpol ini
terdepan dalam membantu masyarakat. Nggak peduli mau dekat atau jauh dengan
Pemilu atau Pilkada. Tapi sayangnya si parpol ini perolehan suaranya tidak
maksimal alias tidak berbanding lurus dengan kiprahnya di masyarakat. Kalaupun
naik cuma sedikit. Parpol ini dilupakan oleh masyarakat dikarenakan si parpol
nggak mau bagi-bagi rupiah. Giliran parpol ini dapat masalah atau ada celah
sedikit. Jutaan cacian dan makian bertebaran di seantero negeri menghujam para
pimpinan parpol ini. Aneh? Seharusnya yang berhak marah dan kecewa adalah para
kader partai ini. Tapi ternyata para kadernya tetap bersikap kalem dan penuh
khusnudzon pada para pemimpinnya.
Semoga
saja pada Pemilu 2014 tahun depan masyarakat Indonesia sudah tidak LUPA lagi. Tidak lupa untuk memilih parpol yang
benar-benar bekerja untuk bangsa ini. Ganbatte!