Facebook kamu apa?; ” atau “Follow ya twitter aku!” Seperti itulah kira-kira pertanyaan dan permintaan yang sering dilontarkan. Percaya atau tidak, karena sangat ngetrendnya Jejaring Sosial atau Social Media saat ini, hingga yang biasanya jarang menggunakan internet, bisa menjadi berinternet ria. Atau yang semula gaptek internet menjadi ingin belajar internet karena sangat ingin bergabung dengan situs situs Jejaring Sosial semacam Facebook dan Twitter, bahkan orang-orang yang belum punya akun di dua situs populer tersebut bisa dicap ‘tidak gaul'
Facebook dan Twitter bisa digunakan untuk memperluas jaringan dengan manusia di seluruh dunia dan menjalin hubungan yang hampir memudar dengan teman-teman kita. Sampai-sampai kita bisa bertemu kembali dengan teman-teman semasa di SD, SMP, SMA, dan seterusnya. Sosial Media tidak hanya digunakan oleh individu, tetapi bisa juga oleh lembaga.
Facebook dan Situs situs Jejaring Sosial tentu bukan situs haram karena substansinya ia hanyalah fasilitas, dan halal haram sangat tergantung bagaimana kita menggunakannya. Bila kita bergabung karena ingin menjalin silaturahim dengan teman-teman, tentu tidak masalah, justru berpahala. Namun bisa menjadi masalah bila ternyata digunakan untuk mencari lawan jenis yang bukan mahrom, menonjolkan kelebihan identitas diri, pamer ketampanan/kecantikan di picture, dan lain-lain, nah ini nih yang harus diluruskan; niat dan caranya.
Banyak kalangan telah masuk ke situs ini, termasuk kalangan aktivis da'wah yang tak mau ketinggalan untuk memanfaatkannya sebagai ajang silaturahim dengan sesama aktivis maupun teman-teman da'wah fardiyah agar kian erat di dunia maya dan di dunia nyata. Perkembangan teknologi memang sudah seharusnya digunakan untuk memperluas basis da'wah.
Namun ada satu hal yang perlu dihindari bagi para aktivis Dakwah yang aktif di jejaring sosial, yaitu debat kusir. tak jarang banyak para aktivis dakwah berdebat di group group atau fanspage facebook, atau saling berbalas mention di twitter yang isi menjelekkan dan bahkan caci maki diantara mereka.
“Tidaklah sebuah kaum menjadi
sesat setelah mereka dahulunya berada di atas hidayah kecuali yang suka
berdebat , kemudian beliau membaca (ayat) “Mereka tidak memberikan perumpamaan
itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja”.
( Hadits dalam sunan At
Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Hadits Abu Umamah RA).