dakwatuna.com – Gaza. Tepatnya 3.5 tahun yang lalu,
Widad, seorang gadis muda diberitahu bahwa panglima tertinggi Brigade
Izzudin Al-Qassam, Muhammad Dhaif, ingin menikahi dirinya. Walaupun tahu
menikah dengan laki-laki ini akan menjadikannya target Israel, namun
Widad tidak terlalu mempedulikannya.
Mulai saat itu, Widad pun
menjadi pasangan hidup Dhaif, dan memberikan beberapa keturunan untuk
pejuang kebebasan Palestina ini. Hingga pada hari Selasa, (19/8/2014)
yang lalu, Widad harus bertemu dengan catatan ajalnya bersama sang anak,
Ali, yang baru menghirup udara 7 bulan lamanya. Israel menjatuhkan
berton-ton bahan peledak yang menghancurkan rumah tempatnya berada.
Ribuan
rakyat Palestina pun mengantarkan jenazahnya untuk dikuburkan di kamp
pengungsian Jabaliya, Rabu (20/8/2014) yang lalu. Teriakan-teriakan
kemarahan kepada penjajah Israel dari lisan-lisan para pengantar.
Beberapa
pesawat tempur Israel menyerang sebuah rumah milik keluarga Ad-Dalw di
tengah kota Gaza. Serangan itu menyebabkan 5 orang gugur, di antaranya
istri panglima Al-Qassam, Muhammad Dhaif, beserta anaknya.
Media-media
Zionis pun mengakui bahwa serangan itu memang dilakukan dengan target
membunuh panglima Al-Qassam yang paling mereka cari sejak bertahun-tahun
yang lalu. Namun mereka tidak mengetahui dengan pasti apakah target
mereka tercapai atau tidak.
Sementara itu Hamas menyatakan bahwa
operasi Israel itu telah gagal total. Juru bicara Hamas, Sami Abu Zuhri,
menyampaikan pernyataan yang bernada ancaman, bahwa para pemukim Yahudi
harus tetap berada di dalam bungker perlindungan Israel, dan tidak
kembali ke pemukiman mereka tanpa izin dari panglima Brigade Izzudin
Al-Qassam, Muhammad Dhaif.
Widad Musthafa Harb, dilahirkan pada
tanggal 4 November 1986. Keluarga beliau tinggal di kamp pengungsian di
Jabaliya, bagian utara Jalur Gaza. Menurut sumber informasi di Hamas,
ketika dinikahi Dhaif, Widad adalah seorang janda. Suami pertamanya
adalah seorang komandan lapangan Al-Qassam bernama Bilal Abu Qashi’ah
yang terbunuh pada bulan Mei 2006 saat berumur 25 tahun.
Widad
dinikahi Dhaif pada tahun 2011 dalam penjagaan super ketat dari
brigadenya.
Selain selalu terancam pembunuhan karena menjadi istri orang
yang paling dicari Israel, Widad sering mengalami kesepian, karena
aturan pengamanan yang sangat ketat. Israel menuduh Dhaif (49 tahun)
sebagai orang yang harus bertanggung jawab atas puluhan operasi militer
yang banyak menewaskan militer Israel.
Menurut sumber informasi di
Hamas, Widad melahirkan dua anak perempuan, selain seorang anak
laki-laki (Ali) yang terbunuh bersamanya. Widad pernah bekerja sebagai
seorang peneliti lapangan pada yayasan An-Nur yang berkecimpung dalam
pelayanan keluarga para syuhada. (msa/dakwatuna/today’sopinion)