Abu
Dawud meriwayatkan sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, ''Apabila Allah
menghendaki baik terhadap suatu kaum, menjadikannya seorang pemimpin yang bijak
dan menjadikan harta benda (ekonomi) ada pada orang-orang yang dermawan. Dan
jika Allah menghendaki buruk terhadap suatu kaum, menjadikan bagi mereka seorang
pemimpin yang jahil (bodoh) dan menjadikan harta benda (urusan ekonomi) ada pada
orang-orang yang bakhil.''
Dua hal yang saling terkait, satu dengan yang
lain tidak bisa dipisahkan, yaitu pemimpin dan yang dipimpin. Munculnya seorang
pemimpin adalah proses seleksi alami dari dinamika yang terjadi di masyarakat
suatu bangsa, jika masyarakat suatu bangsa itu baik dan berkualitas, maka akan
muncul pula para pemimpin yang lebih baik dan berkualitas. Sebab, dia telah
memenangkan seleksi dari pertarungan orang-orang yang baik.
Sebaliknya,
jika masyarakat suatu bangsa itu rendah mutu dan kualitasnya, maka yang akan
muncul adalah hasil seleksi pertarungan orang-orang yang buruk, para pemimpin
yang dilahirkannya pun buruk pula, sesuai dengan kriteria dan parameter yang
ditetapkan oleh orang-orang yang rendah kualitasnya.
Kita semua
menghendaki munculnya seorang pemimpin yang bijak, adil, dan jujur, tetapi kita
sendiri bersikap apriori terhadap hal-hal yang menyebabkan rusaknya masyarakat
suatu bangsa. Bangsa ini sudah lama terpuruk dalam krisis multidimensional,
termasuk krisis moral dan akhlak. Pelanggaran hukum, budaya korupsi, monopoli,
serta pornografi dan pornoaksi, yang sudah sangat mencemaskan kita semua, adalah
buah dari runtuhnya moral dan akhlak bangsa ini.
Cermin budaya suatu
bangsa bisa dilihat dari cara mengekspresikan kehendak dan kecenderungannya,
baik melalui media cetak maupun media elektronik. Tayangan televisi yang marak
dengan berbagai tontonan yang seolah-olah berlomba menyajikan tayangan-tayangan
mengumbar aurat, kekerasan, dan mistik, serta magik. Di sisi lain ketika
persoalan datang muncullah tuyul kecil si ucil atau dewi peri yang cantik atau
jin-jin lain yang dapat memberikan pertolongan! Gambaran suatu bangsa yang sudah
putus asa, tidak mau berpikir, dan bekerja keras untuk mengatasi krisis yang
berkepanjangan!
Maka, bagaimana kita bisa berharap akan muncul pemimpin
berkualitas dari masyarakat yang hobi bercumbu dengan khayalan tuyul dan jin?
Perilaku-perilaku aneh di jalanan, di kantor, dan di mana-mana, muncul
menggejala tanpa kendali. Masihkah kita bisa berharap menyongsong hari esok yang
cerah? Jawabannya tergantung bagaimana kita bersikap.
Firman Allah di
dalam Alquran, ''Sekiranya penduduk suatu negeri itu beriman dan bertakwa,
niscaya Kami buka pintu barokah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan
(kebenaran Allah), maka Kami timpakan kepada mereka azab disebabkan oleh
perilaku mereka sendiri.'' (Surat Al-A'raf: 96). Wallahu a'lam.