Silat Lidah Jalal Syiah, Kitab Imam Bukhari Pun Dicelanya di Markas Muhammadiyah

09:29

“Saya dulu mengharamkan Mauludan. Saya Muhammadiyah. Tapi karena saya sering diundang di acara Muludan. Jadi ya sekarang saya menghalalkannya,” ujar Jalaludin Rahmat ringan, dalam acara peluncuran Jurnal Maarif di Aula Pusat Dakwah Muhammadiyah (13/1). (baca: Ada Jalaluddin Syiah di Markas Muhammadiyah?)


“Mufti Arab Saudi baru-baru ini mengatakan, bahwa mauludan itu dosa besar,” tutur Jalal dalam nada mengadu domba. “Menurut Mufti itu, dosanya itu lebih besar daripada zina dan pembunuhan,” kata Jalal melanjutkan provokasinya.

Jalaludin juga bercerita soal kitab Al-Iqna. Ia mengutip pernyataan orang yang disebutnya ulama Al-Azhar, Muhammad Abdullah Nashir, bahwa kitab Al-Iqna berisi soal istinja, soal cebok, yang membolehkan pakai kertas taurat dan injil.

Tak hanya itu, Jalaludin juga menyebut bahwa kitab shahih Imam Bukhari itu memalukan umat Islam.

“Karena itu buku pertama yang memberi dorongan untuk melakukan terorisme,” ujar Jalal bermain aman, dengan cara mengutip perkataan ulama yang direferensinya itu.

Tudingan yang disebarluaskannya di acara bertema “Politik Kebhinekaan di Indonesia” itu, kontan memancing tanggapan peserta pada sesi tanya jawab.

Makmun Murod Al-Barbasy, yang dikenal sebagai Direktur Pusat Studi Islam dan Pancasila Universitas Muhammadiyah Jakarta, langsung angkat bicara setelah diberi kesempatan.

“Saya mengkaji Al-Iqna juga waktu pesantren. Bahkan kitab itu dikaji di banyak pesantren di Indonesia. Setahu saya, memang ada soal tatacara istinja dengan kertas, tapi tidak ada soal kertas Turat dan Injil. Jadi ini klarifikasi untuk Kang Jalal,” tandas Makmun menegaskan.

Ketika gilirannya memberi balasan, Jalal kembali menerangkan bahwa itu didapatnya dari internet. “Google saja,” katanya. Ia sendiri kemudian mengaku tidak pernah membaca kitab itu, karena latar belakangnya bukan dari pesantren. “Saya ini Muhammadiyah. Tidak pernah baca kitab-kitab seperti itu. Kalau Muhammadiyah itu kan bacaannya kitab Al-Maraghi, kitab tafsir Rasyid Ridho, apa namanya itu, ehh, nah itu, Al-Manar,” ungkap Jalal berkelit.

Ia melanjutkan bahwa dirinya bersyukur kalau memang di kitab Al-Iqna yang ada di Indonesia, tidak ada penulisan soal kertas Taurat dan Injil untuk istinja.

“Karena dengan beitu berarti ulama-ulama kita di sini dulu sudah bijak, mengedit isi kitab yang tidak sesuai,” ujar Jalal.

“Bahkan kita memang harus mengedit ajaran-ajaran (yang fundamentalis) seperti itu,” lanjutnya.[islamedia/zamrud.kh]

Artikel Terkait

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.

Disqus
Tambahkan komentar Anda

No comments

Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan