Nada marah dan kritis orang-orang Joko Widodo mulai mencuat satu
persatu. Salah satu diantaranya dari Akbar Faisal yang merupakan mantan
Deputi Tim Transisi Jokowi-JK.
Akbar Faizal (47), anggota DPR-RI asal Sulsel, mencurahkan isi hatinya
terkait dengan rencana pengangkatan beberapa alumnus dari Universitas
Harvard di dalam Kantor Staf Kepresidenan. Dia menulis surat terbuka
yang ditujukan kepada satu dari empat Deputi
Kepala Staf Kepesidenan Luhut Binsar Panjaitan, Yanuar Nugroho. Selain
masalah 'Harvard', Akbar juga mengungkit-ungkit "Rahasia' Pilpres.
Curhatan yang diduga berasal dari pesan jejaring sosial mantan anggota Tim Transisi itu kemudian menyebar di media sosial.
Apa isi surat anggota Fraksi Nasdem, yang kini berada di komisi III DPR itu? Berikut kutipan lengkapnya:
Yth. Pak Yanuar Nugroho,
sy akbar faizal. Alumni IKIP Ujung pandang jurusan sastra (S1) dan
Komunikasi Politik (S2) UI. Skrg anggota DPR-RI. Sy ucapkan selamat atas
jabatan mentereng sbg deputinya Jendral Luhut. Pak Luhut dulu bagian dr
tim kampanye Jokowi-JK dan jg Tim Transisi.
Ada bbrp peran pak Luhut yg cukup layak utk dicatat dlm pemenangan
Jokowi meski menurutku tdk sebesar peran Megawati yg memerintahkan PDIP
hingga ke akar rumput utk memenangkan Jokowi. Sesungguhnya Jokowi tak
akan jadi Presiden jika PDIP atawa Mega tdk merekomendasikan Jokowi.
Hal yg sama jg terjadi pada Surya Paloh, Muhaimin Iskandar, Wiranto
dan belakangan Sutiyoso. Selanjutnya bergabung berbagai relawan spt
Projo, Bara JP, Seknas, dll. Tak boleh dilupakan sayap2 partai
pengusung spt PIR Dr Nasdem dlm komando Martin Manurung dan Relawan Cik
Ditiro dlm komando kawan2 PDIP. Pasukan PKB terutama Marwan Jafar
berjibaku dgn kami di Timkamnas dlm komando Cahyo Kumolo dan Andi
Wijayanto berkeliling Indonesia meneriakkan "Pilih Jokowi krn
bla...bla...bla...".
Tak ada anak Harvard ditim pemenangan kami. Yg agak jauh kuliahnya
itu paling Eva K.Sundari yg pernah sekolah di Inggris entah dimana. Sy
tak terlalu paham pula apakah di Inggris sana dia menemukan suaminya yg
org Timor Leste dan membuatnya dimaki setiap hari oleh tim Prabowo sbg
katholik sejati atau pengkhianat bangsa dst.
Rieke Pitaloka setahu saya kuliah di UI namun berkeliling dr kampung
ke kampung sepanjang Jawa utk meyakinkan Ibu2 utk memilih Jokowi dan
berakibat dia disumpahi sbg keturunan PKI di semua medsos. Ada pula yg
bernama Teten Masduki yg setahu saya hanya alumni IKIP Bandung namun
fokus ke Jawa Barat dan meyakinkan semua seniman2 bermartabat utk
mendukung Jokowi spt Slank atau Iwan fals atau Bimbo.
Jika Anda tahu ttg "Konser 2 Jari" yg menjadi pamungkas kampanye dan
membalikkan persepsi publik ttg besarnya dukungan massa terhadap Jokowi
dan Prabowo di masa2 krusial saat itu, itu adl kerjaan Teten. Pak Luhut
sendiri setahu saya (dan sesungguhnya sy sangat tahu masalahnya) banyak
menghabiskan waktu dikantor pemenangan yg dibentuknya di Bravo 5 Menteng
dan berdiskusi or menelepon banyak org yg saya dengar sbg "org LBP"
entah dimana saja.
Bbrp kali sy rapat dgn tim mrk dimana hadir para pensiunan Jendral yg
--mohon maaf-- msh merasa sbg komandan pasukan dgn berbagai kewenangan.
Juga proposal beliau ttg sistem IT beliau yg --cukup memarkir mbl didepan KPU dan seluruh data2 bisa tersedot.
Kami di Jl.Subang 3A --itu markas utama pemenangan Jokowi Mas--
terkagum2 membayangkan kehebatan teknologi pak LBP sekaligus
mengernyitkan dahi ttg proses kerja penyedotan data tadi. Sy yg pernah
menjadi wartawan senyum2 saja sebab sedikit paham soal IT.
Senyumanku semakin melebar saat membaca jumlah dan yg dibutuhkan utk
pengadaan teknologi sedot-menyedot tadi. Dlm hal massa, tercatat 2 kali
LBP mengumpulkan masy Batak di Medan dan Jkt utk mendukung Jokowi-JK.
Mas Yanuar, sy merasa perlu menulis spt ini sebab sy merasa kantor Anda
terlalu jauh mendeskripsikan diri akan tugas dan kualifikasi staf sebuah
kantor Kastaf Presiden.
Sebenarnya sy tak perlu terlalu menanggapi soal Harvard ini. Sy jg
pernah kesana tp sbg turis. Otak saya memang tak akan mampu kuliah
disana.
Lha wong sy org desa. Bahasa Bugis sy jg jauh lbh lancar dr Bahasa
Inggris saya. Namun soal Harvard ini mmebuat saya merasa "koq kalian
menghina bangsamu sendiri? Merendahkan kualitas pendidikan bangsamu yg
kabarnya akan kau katrol kualitasny dgn cara memasukkan org Harvard atau
entah dr mana lg di kuar negeri sana? Mengapa kalian semakin jauh dr
'kesepakatan awal kita di tim dulu utk menghormati bangsamu sendiri'?
Mengapa kalian makin kurang ajar saja?" Sy sebenarnya pernah ingin
mempersoalkan lembaga bernama Kastaf ini sebab sejujurnya "tak ada" dlm
perencanaan kami di Tim Transisi dulu.
Sekadar menginfokan ke Anda Mas bhw Tim Transisi itu dibentuk Pak
jokowi utk merancang pemerintahan yg akan dipimpinnya. Tp sy sungguh tak
nyaman mempersoalkan itu sebab akan dituding macam2. Mis, akh...krn AF
kecewa tdk jadi mentri dll. Dan msh byk lagi sebenarnya yg ingin sy
pertanyakan. Termasuk surat presiden ke DPR ttg Budi Gunawan yg disusul
kontroversi2 lainnya.
Kemana para pemikir Tata Negara disekitar Pak Jkw skrg? Yg kudengar
selanjutnya malah pengangkatan Refly Harun sbg Komisaris Utama Jasa
Marga. Mungkin Bu Rini anggap Refly sgt paham soal Tol krn setiap hari
melalui macet --persoalan yg pak jkw katakan dulu akan lbh mudah
menyelesaikannya sbg presiden ketimbang sbg Gub DKI-- dr rumahnya di
Buaran sana. Mas yanuar, sbg anggota DPR pendukung pemerintah dan
insyaallah punya peran (meski sgt kecil) terhadap kemenangan Jkw -JK, sy
ingin kalian di istana fokus pada tugas yg lbh membumi.
Mis, jgn biarkan kami di DPR dihajar bagai sansak oleh org2 Prabowo
dlm kasus kebaikan tunjangan mbl pejabat, misalnya, hny krn kalian tak
mampu berkomunikasi dgn kami di DPR (atawa parpol pendukung. Ini jg satu
soal sendiri krn terbaca dgn kuat klu kalian di ring 1 preaiden kini
sukses melakukan Deparpolisasi) dan atau gagal meyakinkan publik akan
seluruh keputusan2 presiden/pemerintah. Soal sesepele ini tak perlu
kualitas Harvard.
Sy merasa mengenal bbrp org di istana negara tempat Anda berkantor
skrg. Entah apa mrk (msh) mengenal sy skrg. Tp sy nggak memikirkannya.
Sy hny minta kalian disana berhenti melakukan hal yg tak perlu spt
deklarasi soal Harvard yg akan masuk Istana itu. Sekali lg, sy
sebenarnya tak perlu menulis panjang lebar spt ini hny utk menanggapi
soal Harvard ini. Tp sy hrs lakukan sbb menurutku kalian makin jauh dr
seluruh rencana awal kita.
Dan sayangnya, seluruh rencana awal itu sy pahami dan terlibat
didalamnya. Sy sekuat mungkin berusaha menghindari kalimat2 keras utk
memahami apa yg kalian lakukan disana. Tp sepak terjang kantor Mas
Yanuar bernama Kastaf Kepresidenan itu makin jauh. Terakhir, sy sarankan
agar menahan diri dlm memberikan masukan ke presiden.
Jgn racuni pikiran presiden yg polos ini dgn permainan yg dulu kami
hindarkan beliau lakukan meski kadang gregetan lihat langkah2 tim
Prahara. Terkhusus dgn Pak JK, sy minta kalian berikan rasa hormat. Tgl 9
Juli lalu, 63% penduduk Indonesia memilih Jokowi - JK dan bukan Jendral
Luhut Binsar Pandjaitan apalagi Anda2 yg bergabung belakangan.
Selamat berakhir pekan.
Jakarta, Sabtu, 4 April 2015
*Sumber: TeropongSenayan, dimuat juga di detikcom, KOMPAS, dll
[piyungan]
Your Ads Here
Relawan Digital
News
Timses Jokowi Pecah Kongsi, Akbar Faisal Bikin "Surat Terbuka" Ungkap Rahasia Pilpres
Artikel Terkait
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »
Penulisan markup di komentar
- Untuk menulis huruf bold gunakan
<strong></strong>
atau<b></b>
. - Untuk menulis huruf italic gunakan
<em></em>
atau<i></i>
. - Untuk menulis huruf underline gunakan
<u></u>
. - Untuk menulis huruf strikethrought gunakan
<strike></strike>
. - Untuk menulis kode HTML gunakan
<code></code>
atau<pre></pre>
atau<pre><code></code></pre>
, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)