Adalah wajar seorang kepala daerah yang dianggap sukses dijadikan inspirasi bahkan menjadi icon
bagi partainya. Seperti yang pernah terjadi pada Jokowi dua tahun lalu,
ia menjadi garansi bagi kader-kader PDIP yang bertarung di pilkada.
Pemilihan gubernur di Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, juga
pemilihan walikota di beberapa daerah di Indonesia seperti di Padang,
Tangerang, dll selalu menghadirkan bayang-bayang Jokowi.
Kini, setelah beberapa kebijakan yang tidak populis, gonjang-ganjing
dunia hukum, serta kenaikan harga-harga barang, pesona Jokowi pun
memudar. Rasanya tak ada lagi kader PDIP yang mendompleng nama Jokowi
untuk bahan kampanyenya. Ironisnya itu terjadi saat Jokowi berhasil
meraih pucuk pimpinan tertinggi di Indonesia.
Masih ada pemimpin yang sukses yang menjadi inspirasi itu. Sebut saja
nama Risma, Ridwan Kamil (Kang Emil), Kang Aher, Irwan Prayitno, dan
masih banyak lagi sebenarnya. Menarik untuk membahas Kang Emil sebagai
sumber inspirasi bagi calon pemimpin dari kalangan aktivis Islam.
Kang Emil dekat dengan kalangan aktivis muslim. Kebijakan-kebijakannya
pun membanggakan umat Islam. Jangankan miras, iklan rokok pun ia tekan.
Kang Emil pun baru-baru ini meluncurkan kebijakan kredit untuk pengusaha
kecil yang memerangi rentenir. Sosoknya dikenal sebagai arsitek masjid
megah Al-Irsyad dan perancang apartemen untuk anak yatim. Sangat kontras
bila dibandingkan dengan kepemimpinan gubernur provinsi tetangannya
yang berniat melegalkan miras dan membangun apartemen untuk pelacuran.
Kang Emil menjadi inspirasi karena sosoknya beririsan dengan bonus
demografi yang dialami Indonesia, di mana jumlah kaum muda di Indonesia
menjadi mayoritas. Zaman di saat teknologi mengalami perkembangan yang
sangat pesat ini memang sangat cocok ditaklukkan oleh kaum muda yang
dinamis. Sifat energik yang dimiliki anak muda menjadi kelebihan untuk
memimpin.
Kang Emil juga begitu memahami aspirasi kaum urban. Tak dipungkiri,
peran sosial media begitu besar mengangkat namanya, termasuk di ajang
pilkada. Ia menjadi bahan perbincangan di gawai-gawai (gadget)
kaum urban. Ia dekat dengan komunitas-komunitas yang menjadi ciri
bersosialisasi kaum urban. Dengan penuh charisma, ia buat warga Bandung
bangga dengan kotanya. Alun-alun ditata rapi dan taman-taman dibangun.
Ia aktif di sosial media, berdiskusi dan menyosialisasikan programnya
secara terbuka, dan melemparkan candaan yang sesuai selera anak muda.
Kang Emil tentu tidak bisa diklaim oleh partai mana pun, karena ia tak
terdaftar sebagai kader partai. Tetapi bagi kaum Islamis, sosok
sepertinya lah yang diharapkan terduplikasi untuk mengambil alih
kepemimpinan di daerah-daerah di Indonesia.
Indonesia memang haus sosok seperti Kang Emil. Yang akomodatif terhadap
umat Islam, lahir dari representasi kaum yang menjadi bonus demografi di
Indonesia (kaum muda), dan berpemikiran modern.
Ini menjadi pesan buat partai-partai Islam untuk memunculkan sosok muda
yang dinamis, energik, berpikiran modern. Untuk di kota besar, ia harus
memahami betul kehidupan kaum urban dan mampu memanjakan mereka dengan
program-programnya.
Bukan berarti merendahkan sosok-sosok yang tidak lagi terbilang usia muda. Tetapi demand
(kebutuhan) masyarakat terutama perkotaan di Indonesia saat ini
terhadap sosok pemimpin muda memang sedang tinggi-tingginya. Maka, untuk
partai Islam, berikanlah kesempatan untuk anak muda kalian!
*by Ghiroh Tsaqofy
Sumber: ISLAMEDIA
Your Ads Here
Artikel Terkait
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »
Penulisan markup di komentar
- Untuk menulis huruf bold gunakan
<strong></strong>
atau<b></b>
. - Untuk menulis huruf italic gunakan
<em></em>
atau<i></i>
. - Untuk menulis huruf underline gunakan
<u></u>
. - Untuk menulis huruf strikethrought gunakan
<strike></strike>
. - Untuk menulis kode HTML gunakan
<code></code>
atau<pre></pre>
atau<pre><code></code></pre>
, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)