Abu Muhammad Al Maqdisi |
dakwatuna.com – Amman. Peletak teori Salafi Jihadi, Abu Muhammad Al-Maqdisi, kembali mengkritik organisasi Negara Islam di Irak dan Syam (ISIS).
Menurutnya, ISIS bukanlah negara yang selama ini dicita-citakan para
mujahidin. Bahkan mencoreng wajah indah Islam dengan praktik-praktik
berdarahnya.
Seperti dilansir Aljazeera, Sabtu (16/8/2014)
kemarin, dalam Al-Maqdisi mengatakan, “Negara yang kami inginkan adalah
rahmat bagi semua orang. Sedangkan khilafah akan datang untuk
mengeluarkan orang dari gelapnya kekuasaan kejam menuju kerahmatan
Islam.”
Al-Maqdisi melanjutkan, “Kelompok jihad
merasa perlu turun tangan menjelaskan kepada semua orang tentang
bagaimana sebenarnya agama ini. Karena baru saja ada usaha untuk
mencoreng Islam dengan warna darah di rekaman-rekaman video pembunuhan,
penyembelihan, dan sebagainya.”
Menurutnya, ada pihak yang ingin
menghabisi kelompok jihad dengan cara memberinya warna yang sebenarnya
bukan warnanya. Seandainya saja yang bunuh dan disembelih adalah
orang-orang Yahudi yang membantai warga Gaza, tentu kami tidak akan
mengkritik.
Rekaman-rekaman video yang menampilkan pembunuhan dan
penyembelihan orang, lalu dipublikasikan ke seluruh dunia, akan menjadi
pegangan bagi pihak-pihak yang selama ini sudah getol menjelek-jelekkan
Islam.
Selain itu, menurut Al-Maqdisi, praktisi-praktik kekerasan
ISIS turut menyebabkan orang menjauh dari semua yang bernama Islam,
khilafah, dan negara Islam yang selama ini diperjuangkan umat Islam.
Karena sebenarnya mendirikan negara Islam bukanlah keinginan segelintir
kelompok saja, tapi mayoritas umat Islam.
Walaupun demikian
gencarnya upaya penggembosan, Al-Maqdisi optimis bahwa bendera tauhid
akan tetap berkibar, “Kami akan tetap menjadi bendera tauhid yang
sekarang sudah dipegang dan ditafsiri semua orang dengan seenaknya.
Bendera yang menjadi lambang untuk kelompok tertentu, bukan untuk setiap
muslim.” (msa/dakwatuna/aljazeera)