Oleh: Faris Jihady, Lc
Dua kata ini “ibadah” dan “isti’anah“, adalah poros dari segala hal.
Keduanya adalah rahasia dari penciptaan dan perintah, hikmah dari
diturunkannya kitab-kitab dan ditetapkannya syariat, diaturnya pahala
dan dosa. Keduanya adalah sentral dari ‘ubudiyah (penghambaan) dan
Tauhid (pengesaan).
Konon dikatakan, Allah telah menurunkan sejumlah 104 buah kitab, semua
maknanya dihimpun dalam Taurat, Injil, dan AlQur’an. Kemudian semua
makna ketiga kitab ini dirangkum dalam AlQur’an, lalu seluruh makna
AlQur’an diringkas dalam AlMufasshal (Surat dengan ayat-ayat pendek),
kemudian makna keseluruhan Al-Mufasshal dipadatkan dalam Al-Fatihah, dan
keseluruhan makna Al-Fatihah disimpulkan dalam إِيَّاكَ نَعْبُدُ
وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ.
Dua kalimat inilah yang membagi dua antara Rabb dengan hambaNya; “IyyaKa
Na’budu” adalah untukNya, dan “iyyaKa nasta’in” adalah untuk hambaNya.
Ibadah menghimpun dua pokok penting; puncak cinta disertai puncak
ketundukan. Jika engkau mencintai seseorang dan tidak tunduk padanya,
kau bukanlah penghambanya, dan jika engkau tunduk padanya, kau takkan
menjadi penghambanya hingga kau mencintainya.
Adapun ist’ianah (memohon pertolongan) menghimpun dua hal; tsiqah
(percaya) pada Allah, dan bersandar kepadaNya. Bisa jadi seseorang
mempercayai kawannya, namun tidak menyandarkan urusan kepadanya, karena
merasa sudah cukup dan tidak butuh pada kawannya. Dapat juga terjadi
sebaliknya, seseorang menyandarkan urusan pada kawannya, namun
hakikatnya tidak percaya padanya, akibat kebutuhan dan keterdesakan ia
pun tak miliki pilihan. Isti’anah juga diungkapkan dengan bahasa lain,
yaitu tawakkal.
Al-Qur’an dalam beberapa tempat menyebut tawakkal dan ibadah secara beriringan dalam berbagai konteks;
إياك نعبد وإياك نستعين adalah penyebutan yang pertama.
Yang kedua; tatkala Allah berfirman melalui lisan Syua’ib;
{وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ} [هود: 88]
Tidaklah aku mendapat petunjuk kecuali dari Allah, kepadaNya aku
berserah meminta pertolongan(tawakkal) dan kepadaNya aku berpulang (Hud
88)
Yang ketiga; tatkala Allah berfirman
{وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ} [هود: 123]
Milik Allah-lah ke-ghaiban langit dan bumi, kepadaNya kembali segala
urusan, maka sembahlah (ibadahilah) Dia dan tawakkal-lah padaNya (Hud
123)
Yang keempat, ketika Allah menceritakan perkataan orang beriman
{رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ} [الممتحنة: 4]
Ya Tuhan Kami, kepada Engkau kami bertawakkal, dan kepadaMu kami
berpulang (taubat), dan Engkaulah tempat kembali (Al-Mumtahanah 4)
Yang kelima, tatkala Allah perintahkan zikir dan tasbih
{وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا رَبُّ
الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلًا}
[المزمل: 8]
Dan sebutlah nama Rabbmu, khusyu’lah kepadaNya dengan sebenar-benar.
Dialah Rabb Penguasa timur dan barat, Tiada Tuhan selain Dia, maka
jadikanlah Dia penolong/pelindungMu (Al-Muzzammil 8)
Inilah beberapa tempat dalam AlQur’an yang menghimpun dua simpul penting ini إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ.
Mengapa ibadah العبادة didahulukan sebelum meminta pertolongan الاستعانة ?
karena penyebutan tujuan (ghayah) penting didahulukan sebelum sarana
(wasilah). Karena ibadah adalah tujuan pokok dari penciptaan hamba, dan
isti’anah adalah sarana yang mengantarkan menuju tujuan tersebut.
Ibadah diletakkan sebelum isti’anah, karena إياك نعبد terkait dengan
uluhiyahNya (hak Allah sebagai satu-satunya yang berhak diibadahi),
sedangkan إياك نستعين terkait dengan rububiyahNya (Dia satu-satuNya
pencipta dan pengatur makhluk). Ini selaras dengan rangkaian awal surat
Al-Fatihah ini yang mendahulukan lafaz namaNya; “Allah” sebelum
penyebutan lafaz “Rabb”. إياك نعبد adalah bagian milikNya, sedangkan
إياك نستعين adalah untuk hambaNya.
Ibadah secara mutlak mencakup isti’anah, namun tak selalu isti’anah
mencakup ibadah. Setiap ‘abid (penghamba) yang sempurna sudah pasti
peminta pertolonganNya, namun tidak setiap peminta pertolonganNya adalah
‘abid (penghambaNya) yang sempurna. Karena itulah ibadah (penghambaan)
total selalu muncul dari seorang mukhlish (ikhlas/murni), sedangkan
isti’anah boleh jadi muncul dari seorang mukhlish ataupun bukan
mukhlish.
Ibadah adalah hakNya yang harus kita penuhi yang telah Dia wajibkan atas
kita, sedangkan isti’anah adalah permintaan pertolongan untuk
menegakkan ibadah. Ibadah juga merupakan bentuk syukur pada setiap
karunia yang telah terlimpah. Jika kau masukkan dirimu dalam
penghambaanNya, Dia akan menolongmu, semakin kau mengikat komitmen dalam
penghambaan semakin terlimpah perlindungan dan pertolonganNya.
Disadur dari:
Madarij AsSalikin, Ibn Qayyim Al-Jauziyyah
Sumber: Manhajuna
Your Ads Here
Artikel Terkait
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »
Penulisan markup di komentar
- Untuk menulis huruf bold gunakan
<strong></strong>
atau<b></b>
. - Untuk menulis huruf italic gunakan
<em></em>
atau<i></i>
. - Untuk menulis huruf underline gunakan
<u></u>
. - Untuk menulis huruf strikethrought gunakan
<strike></strike>
. - Untuk menulis kode HTML gunakan
<code></code>
atau<pre></pre>
atau<pre><code></code></pre>
, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)